Serangan Iran ke Israel akan meningkatkan eskalasi di Timur Tengah dan menyeret negara-negara lain dalam perang.
“Jadi tanpa ada dukungan dari negara-negara yang menjadi sekutunya, seperti Rusia bahkan China, tampaknya Iran tentu tidak seberani itu melakukan serangan. Hal lain juga mengindikasikan titik kesabaran Iran dimulai dari terbunuhnya Qasem Soleimani beberapa tahun lalu yang merupakan komandan tertinggi Pasukan Quds. Waktu itu Iran akan melakukan serangan balik tapi tidak dilakukan,” kata Yon kepada VOA, Minggu (14/4).
Seperti dikhawatirkan banyak pihak dalam beberapa hari belakangan, Iran akhirnya melakukan serangan balasan langsung ke Israel pada Mingggu (14/4), hampir dua pekan setelah Israel diduga menggempur gedung Konsulat Iran di Ibu Kota Suriah, Damaskus. Serangan tersebut menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi Iran, termasuk dua jenderal.
Yon menyatakan bahwa eskalasi konflik tersebut akan membagi dua negara-negara Arab. Pertama, ada negara-negara yang mendukung perlawanan terhadap Israel, seperti Iran, Suriah, Lebanon, dan Yaman. Di sisi lain, ada juga negara-negara Arab yang enggan terlibat dan menolak wilayahnya digunakan sebagai pangkalan militer jika Amerika Serikat (AS) terlibat dalam pertempuran.
Eskalasi konflik ini akan bergantung pada apakah akan ada serangan balasan Israel langsung ke wilayah Iran. Yon mengatakan jika itu terjadi, kemungkinan Rusia dan China tidak akan tinggal diam.
Terkait dukungan Gedung Putih terhadap Israel, Yon menyatakan perlunya untuk melihat sejauh mana dukungan tersebut diberikan. Jika ancaman dari AS dapat mencegah Iran dari terlibat langsung dalam konflik dengan Israel, maka pendekatan diplomasi akan menjadi lebih diperlukan.
Namun jika Iran terus menyerang dalam waktu beberapa hari ke depan, kata Yon, bisa saja AS mengerahkan militernya. Namun, kondisi domestik AS mungkin tidak mendukung langkah tersebut karena hal itu akan dianggap membantu Israel yang sedang menghadapi musuhnya, bukan ancaman langsung terhadap AS.
Yon menyebutkan pesan dari serangan Iran ke Israel hari ini adalah gempuran militer Israel ke Jalur Gaza sudah cukup dan harus segera dihentikan. Bila Israel bisa mundur dari Gaza, Iran akan menghentikan serangan. Pesan lainnya adalah serangan Iran itu akan mengancam lalu lintas perdagangan global, yakni di Selat Hormuz dan Laut Merah.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Muhammad Qobidl Ainul Arif menjelaskan serangan Iran ke Israel ini merupakan konsekuensi atas serangan Israel ke fasilitas diplomatiknya di Damaskus.
Menurutnya, serangan balasan Iran itu memang dibenarkan secara hukum internasional sebagai tindakan bela diri. Dia menilai terjadi eskalasi konflik di Timur Tengah itu adalah sesuatu yang eksis.
Qobidl mengatakan masyarakat internasional perlu waspada dengan eskalasi konflik yang begitu tinggi. Secara gepolitik, ada kehawatiran yang sangat nyata akan terjadi konflik bersenjata antara negara-negara kuat di dunia.
Dia menegaskan bahwa fokus masyarakat internasional seharusnya adalah memperkuat peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam memelihara perdamaian dan keamanan dunia. Jika hal ini tidak dapat diwujudkan, maka akan terjadi keadaan seperti hukum rimba yang terjadi selama Perang Dunia pertama dan kedua. Qobidl menekankan bahwa dalam hukum rimba ini, negara-negara kuatlah yang akan menentukan arah dunia.
“Ketika sudah terjadi dunia internasional hukum yang dianut adalah hukum rimba, maka ada kekhawatiran ketidakadilan tidak bisa diselesaikan kecuali dengan adanya intervensi kekuatan militer, yang kemudian akan bisa memadamkan ketidakadilan itu,” ujarnya.
Dia mencontohkan tidak ada kekuatan internasional yang bisa menghentikan Israel yang sedang melakukan genosida di Jalur Gaza. Dia menilai apa yang dilakukan Israel selama ini menunjukkan negara itu kebal hukum internasional dan hal inilah yang dimanfaatkan oleh Israel.
Qobild mengharapkan masyarakat internasional tidak hanya mengandalkan diplomasi formal untuk mengurangi konflik, tapi juga memperkuat peran-peran mediator yang tidak terlibat dalam konflik, seperti gerakan non-blok.
Dalam siaran persnya, Kedutaan Besar Iran di Jakarta menjelaskan serangan Iran ke Israel hari ini merupaan tindakan bela diri yang sesuai dengan Pasal 51 Piagam PBB. Tindakan tersebut juga merupakan balasan atas serangan Israel berulang-ulang yang menewaskan perwira militer Iran di Suriah.
Iran menegaskan serangan ke Israel hari ini merupakan balasan khusus atas serangan Israel ke kompleks Kedutaan Iran di Ibu Kota Damaskus, Suriah.
Iran menyatakan negaranya berkomitmen untuk patuh pada prinsip-prinsip dan tujuan PBB, serta hukum internasional. Iran menegaskan tekadnya untuk mempertahankan kedaulatan, integritas wilayah, dan kepentingan nasionalnya terhadap berbagai penggunaan secara ilegal kekuatan militer dan agresi.
Tindakan defensif Iran ini menunjukkan tanggung jawab Teheran atas perdamaian regional dan internasional, di saat Israel secara ilegal membombardir dan melakukan genosida di Gaza. Jika diperlukan, Iran tidak akan ragu melakukan tindakan yang lebih defensif.
Dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan negaranya mengecam keras serangan Iran ke Israel. AS tidak ingin ada peningkatan konflik tap akan terus mendukung pertahanan Israel. Dia menambahkan dirinya akan melakukan konsultasi dengan negara-negara sekutu dan mitra di kawasan dan internasional untuk membahas perkembangan dramatis ini. [ft/ah]/VOA