Banda Aceh | Ketua SEMMI Cabang Banda Aceh menyampaikan Aceh saat ini krisis pemimpin. Pasca komflik 18 tahun silam, aceh mendapatkan sokongan dana yang begitu besar dari pemerintah pusat dalam bentuk otonomi khusus, dengan dana yang begitu besar aceh masih termasuk provinsi miskin di Indonesia, persoalan kemiskinan di Aceh disumbang oleh persoalan tata kelola pembangunan di daerah. Seharusnya pembangunan bisa difokuskan untuk memenuhi kebutuhan mayoritas masyarakat di Aceh. Tata kelola pembangunan dari birokrasi dan pelayanan publik tidak banyak memberikan andil untuk kesejahteraan masyarakat. Ini juga salah satu kontribusi angka kemiskinan, Tata kelola pembangunan dan implementasinya seharusnya fokus ke persoalan masyarakat di daerah.
Kadang pemerintah daerah itu kurang tahu apa yang menjadi kebutuhan masyarakat.
Melihat sumber daya alam yang ada di Aceh, seperti kopi dan kakao, seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat, Optimalisasi produksinya, salah satunya bisa digunakan melalui dana otsus. Seharusnya dengan dana otsus itu bisa untuk mengatasi kemiskinan dan mensejahterakan rakyat. Caranya dengan mengalokasikan pembiayaan prioritas seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.
Dengan demikian aceh bisa dikenal dan disegani oleh bangsa luar seperti yang pernah dilakukan oleh kerajaan aceh dan kerajaan samudra pasai dahulu.
Pada masa kejayaannya, kerajaan aceh memiliki diplomasi yang sangat luas hingga ke ujung dunia, bahkan bangsa lain segan terhadapnya, kejayaan kerajaan aceh juga didukung oleh letaknya yang strategis di jalur perdagangan internasional yang membuatnya menjadi bandar transit yang menghubungkan dengan pedagang Islam di barat dan mengusai perdagangan. Begitu juga kerajaan samudra pasai yang memiliki diplomasi ke kancah internasional, sehingga mereka menggunakan koin emas sebagai alat pembayaran, Samudera Pasai merupakan bandar transit yang dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab, dan Persia, Kerajaan ini juga dikenal sebagai penghasil rempah-rempah terkemuka di dunia dengan lada sebagai komoditas andalannya. Tidak hanya itu, Samudera Pasai juga menjadi produsen sutra, kapur barus, dan emas. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam. Itu semua diwujudkan pada pemahaman raja dalam aspek geoekonomi, geopolitik, dan geostrategi
Namun aceh saat ini kurang memahami konsep geoekonomi, geopolitik, dan geostrategi, sehingga tidak bagus dalam memanfaatkan SDA dan SDM yang yang ada, salah satu negara yang memahami dan mampu memanfaatkan geoekonomi yang baik adalah singapura, Salah satu faktor yang menyebabkan Singapura menjadi negara paling maju di ASEAN adalah tempat transit atau jalur persilangan lalu lintas dunia. Dilansir dari Maritime and Port Authority of Singapore, Singapura yang terletak di persimpangan perdagangan Timur-Barat, menjadikan negara ini mempunyai lokasi strategis di jantung Asia. Perairan Singapura menjadi salah satu jalur transportasi perdagangan dunia. Pelabuhan di Singapura menjadi salah satu pelabuhan terpadat dan tersibuk di dunia. Letaknya yang strategis jelas menguntungkan Singapura. Negara ini bisa mengimpor kebutuhannya dan mengekspor barang hasil industrinya ke berbagai negara. Sehingga secara langsung, hasil ekspor ini meningkatkan pendapatan negara Singapura.
Tidak hanya itu, pembangunan ekonomi juga menjadi perhatian khusus dan selalu diawasi ketat oleh Pemerintah Singapura. Dalam hal ini aceh mampu menjadi bandar trasnsit internasional kembali apabila seluruh elemen bersinergi dalam mewujudkannya, sehingga berlakulah geopolitik dan geostrategi disini dengan menjadikan aceh sebagai bangsa yang kuat dan disegani dari strategi militer, serta hubungan internasional nya. Kita sebagai masyarakat aceh tidak boleh menjadi apatis dalam menyikapi fenomena ini, janganlah menjadi orang yang selalu membanggakan masa lalu bangsa nya, tetapi berbenahlah dan terus meyongsong masa depan, hal ini juga merupakan PR besar kepada para calon pemimpin aceh kedepannya dalam melihat dan meyikapi fenomena saat ini, dan bijaklah dalam memanfaatkan SDA dan SDM yang ada, apabila Aceh senang dalam kejayaan masa lalu dan suka menutup diri, maka kehancuran akibatnya, pemimpin harus mampu mengkoordinir seluruh aspek yang ada, sehingga aceh mampu dikenal dan disegani di kancah internasional. (RED)