GAYO LUES, BARANEWS — Pemerintah Kabupaten Gayo Lues terus mengintensifkan upaya percepatan penurunan stunting dengan memfokuskan intervensi di empat kecamatan yang memiliki prevalensi tertinggi. Berdasarkan data terbaru, Kecamatan Pining dan Pantan Cuaca masing-masing mencatat 13 kasus stunting pada balita, sementara Kecamatan Rerebe dan Blangjerango tercatat menyumbang masing-masing 10 kasus.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Gayo Lues, Sartika Mayasari, S.STP., M.A., menyampaikan bahwa keempat kecamatan tersebut menjadi perhatian utama dalam penanganan stunting di daerah itu karena prevalensi kasusnya masih berada di atas rata-rata kabupaten. Namun demikian, tujuh kecamatan lainnya tetap mendapat pemantauan berkala bagian dari strategi percepatan.
“Empat kecamatan ini menjadi fokus utama. Namun tujuh kecamatan lainnya juga tetap kami pantau secara berkala sebagai bagian dari percepatan penurunan angka stunting,” ujar Sartika dalam Rapat Koordinasi Penanganan Stunting yang digelar bersama para camat di Aula Setdakab Gayo Lues, Rabu (15/10/2025).
Dalam upaya memperkuat intervensi, pemerintah daerah mendorong pemerintah desa untuk mengalokasikan dana desa dalam penyediaan makanan bergizi bagi balita, khususnya anak-anak dengan status gizi kurang. Hal ini dilakukan agar penanganan bisa berjalan langsung di tingkat akar rumput, dengan dukungan peran aktif masyarakat dan perangkat desa.
Tidak hanya mengandalkan anggaran resmi, Pemkab Gayo Lues juga menginisiasi donasi masyarakat yang disalurkan dalam bentuk subsidi pangan. Setiap anak balita yang teridentifikasi menderita stunting menerima bantuan senilai Rp 15.000 per hari, dengan akumulasi mencapai Rp 450.000 per bulan. Hingga pertengahan Oktober ini, total dana yang berhasil dihimpun dari kontribusi masyarakat telah mencapai sekitar Rp 37 juta.
“Ini menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat terhadap masalah stunting semakin meningkat. Kita berharap donasi ini bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk memenuhi gizi anak-anak yang membutuhkan,” kata Sartika.
Sejalan dengan itu, Bupati Gayo Lues juga telah menginstruksikan seluruh kepala puskesmas agar aktif melakukan pemantauan ke desa-desa secara rutin setiap bulan. Kegiatan ini juga mencakup pengaktifan kembali posyandu sebagai pusat layanan gizi dan kesehatan ibu dan anak di setiap dusun. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa pemantauan tumbuh kembang balita dapat dilakukan sejak dini dan berkesinambungan.
Sartika mengingatkan bahwa kebutuhan gizi anak dengan kondisi stunting tidak sama dengan anak balita yang memiliki status gizi normal. Dalam banyak kasus, kebutuhan gizi mereka bahkan bisa mencapai dua kali lipat dari jumlah asupan biasa. Kondisi ini membuat penanganan stunting tidak dapat dilakukan dengan cara biasa, dan memerlukan pendekatan yang lebih intensif dan berkelanjutan.
“Stunting tidak boleh dianggap sepele. Status gizi anak bisa naik atau turun, tergantung bagaimana kita menanganinya. Butuh dukungan semua pihak agar intervensi benar-benar terasa dan tepat sasaran,” ujarnya.
Di penghujung rapat koordinasi, Sartika kembali mengajak seluruh pemangku kepentingan, mulai dari camat, kepala desa, tenaga kesehatan, hingga masyarakat umum untuk bersama-sama bersinergi dalam menurunkan angka stunting di Kabupaten Gayo Lues. Ia menekankan bahwa generasi yang sehat menjadi kunci lahirnya masyarakat yang kuat dan mandiri di masa depan.
“Anak-anak adalah masa depan kita. Mari bersama menjaga mereka agar tumbuh sehat, cerdas, dan bebas dari stunting,” pungkasnya. (Abdiansyah)















































