Sabang — Wilayah perairan di ujung barat Indonesia kembali menjadi titik fokus pengamanan lintas instansi. Selama lima hari, mulai Kamis, 24 Juli hingga Sabtu, 26 Juli 2025, sinergi tiga institusi—Bea Cukai Sabang, Satpolairud Polres Sabang, dan Korpolairud Baharkam Polri—terjalin dalam Operasi Patroli Laut Bersama. Langkah ini bukan hanya simbol koordinasi antar-lembaga, tetapi juga bentuk nyata kehadiran negara dalam menjaga integritas maritim Indonesia, terutama di kawasan strategis dan rawan pelanggaran hukum seperti perairan Sabang.
Upacara pembukaan patroli gabungan tersebut digelar Kamis pagi (24/7) dengan penuh khidmat di pelabuhan Sabang. Kepala Kantor Bea Cukai Sabang, Kiagus Nurzaman Muhammad, S.E., M.E., berdiri sejajar dengan para perwira tinggi dari dua lembaga lainnya—AKBP Capt. Nyoto Saptono, S.H., M.Si (Han), M.Mar., Komandan Kapal Patroli Wisanggeni-8005 milik Korpolairud Baharkam Polri, serta Kapolres Sabang AKBP Sukoco, S.ST., MM., M.Mar., M.Tr.Sou., M.Han. Apel juga turut dihadiri oleh Kepala BNN Kota Sabang, Dahlia Sungkar, S.E., menandai keterlibatan penuh lintas sektor dalam pengamanan maritim.
Dalam sambutannya, Kiagus Nurzaman menyampaikan bahwa kawasan perairan Sabang memegang peran penting sebagai jalur keluar masuk aktivitas pelayaran dan perdagangan lintas negara. Posisi geografisnya yang strategis, sekaligus rentan, menjadikan Sabang sebagai salah satu titik paling krusial dalam pengawasan laut. “Wilayah ini rawan terhadap berbagai bentuk pelanggaran hukum, seperti penyelundupan barang, perdagangan ilegal, hingga peredaran narkotika. Oleh karena itu, pengawasan laut memerlukan sinergi antarlembaga yang solid dan berkelanjutan,” ujarnya.
Patroli laut yang dilakukan bukan sekadar rutinitas administratif, melainkan operasi pengawasan aktif yang menyasar lalu lintas kapal di wilayah perairan Sabang dan sekitarnya. Kapal Patroli Wisanggeni-8005 menjadi ujung tombak pengamatan, dibantu armada laut dari Bea Cukai dan Satpolairud yang melakukan penyisiran dan pemantauan sepanjang jalur pelayaran.
Kapolres Sabang, AKBP Sukoco, menegaskan bahwa kehadiran aparat di laut menjadi wujud nyata negara dalam menegakkan hukum hingga ke wilayah terluar. “Sabang bukan sekadar ikon geografis. Ia adalah garda terdepan. Maka kehadiran aparat gabungan di sini adalah mandat konstitusional untuk menjaga batas, menegakkan hukum, dan memberi rasa aman kepada masyarakat pesisir,” katanya.
Sementara itu, Komandan KP Wisanggeni-8005, AKBP Nyoto Saptono, menekankan pentingnya komunikasi taktis dalam operasi bersama. Ia menyebut koordinasi tak hanya berhenti pada tataran teknis di lapangan, tetapi juga merambah pada pertukaran informasi intelijen serta penguatan sistem deteksi dini terhadap potensi ancaman di laut.
Patroli laut ini juga sejalan dengan peran Bea Cukai sebagai community protector, yang dalam beberapa tahun terakhir memperkuat pendekatan kolaboratif dengan aparat penegak hukum lainnya. “Pengawasan laut tidak bisa dilakukan sendiri. Kolaborasi ini bukan hanya penting, tetapi sudah menjadi kebutuhan dalam menghadapi dinamika kejahatan lintas batas yang semakin kompleks,” tegas Kiagus Nurzaman.
Sabang, yang selama ini dikenal sebagai kota pariwisata dan pelabuhan bebas, ternyata juga menyimpan kerentanan. Letaknya yang dekat dengan jalur pelayaran internasional dan minimnya pengawasan permanen di titik-titik terpencil membuat wilayah ini kerap dijadikan jalur alternatif oleh jaringan penyelundupan.
Dengan pelaksanaan patroli gabungan selama lima hari tersebut, ketiga institusi berharap terbangun standar pengawasan maritim yang lebih kuat, adaptif, dan responsif terhadap ancaman lintas batas. Upaya ini juga sekaligus menunjukkan kepada publik dan dunia bahwa Indonesia tidak pernah lengah dalam menjaga wilayah lautnya—termasuk di titik paling barat dari garis khatulistiwa. (RED)













































