Jakarta Baranewsaceh.co – Sanggar Matahari akan kembali menampilkan karya terbarunya berjudul “Tampah, Penjaga Tradisi”, sebuah pertunjukan teater yang disutradarai oleh Devie Matahari. Karya ini mengeksplorasi tampah—alat sederhana yang sarat dengan makna simbolis dalam kehidupan perempuan dari berbagai budaya di Nusantara. Lewat “Komposisi Tampah”, Devie Matahari merangkai kisah empat perempuan dari suku Gayo, Batak, Kalimantan, dan Betawi. Setiap perempuan membawa tampah, bukan sekadar alat rumah tangga, melainkan lambang identitas, kekuatan, dan penjaga tradisi yang telah menghubungkan generasi dari masa ke masa.
Dengan pendekatan teatrikal yang puitis, “Tampah, Penjaga Tradisi” mengangkat tampah sebagai metafora kehidupan, menunjukkan bagaimana alat sederhana ini memiliki peran sentral dalam tradisi perempuan di berbagai budaya. Tampah di tangan mereka tidak hanya digunakan untuk aktivitas sehari-hari, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan hidup dan nilai-nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya. Filosofi tampah sebagai penghubung masa lalu dan masa kini, serta simbol kekuatan perempuan di tengah modernisasi, menjadi sorotan utama dalam karya ini.
Pertunjukan ini akan menjadi bagian dari pentas keliling Sanggar Matahari menuju peringatan 44 tahun perjalanan berkarya. Sebagai langkah awal, karya tersebut akan dipentaskan di Kampung Cempluk Festival #14 di Malang pada Sabtu, 28 September 2024 pukul 21.00 WIB. Penampilan ini diharapkan dapat membawa pesan mendalam tentang pentingnya menjaga tradisi dalam kehidupan modern, sekaligus merayakan peran perempuan sebagai penjaga kebudayaan.
Sebelum pentas utama di Kampung Cempluk, Sanggar Matahari juga akan menghadirkan “50 Menit Matahari MemBaca” di Mesem Cafe & Art Gallery, Tumpang Malang pada Jumat, 27 September 2024 pukul 20.00 WIB. Acara ini akan menampilkan pembacaan sastra yang dibawakan oleh Fikar W Eda, Taufik Adi Nugroho, dan Tatus Pradipta, melengkapi rangkaian karya yang disuguhkan oleh Sanggar Matahari.
Dengan dukungan musik dari Malibahar serta kru panggung Tatus dan Zetta, karya ini tidak hanya menjanjikan sebuah pertunjukan teater, tetapi juga perjalanan mendalam menyusuri nilai-nilai kebudayaan yang dijaga melalui tampah dan perempuan di berbagai penjuru Nusantara.(Ril)