Kutacane — Bupati Aceh Tenggara, H. M. Salim Fakhry, SE., MM., secara resmi membuka Seminar Napak Tilas Sastra dan Budaya Aceh ke-II yang diselenggarakan oleh Cabang Dinas Pendidikan Kutacane bekerja sama dengan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh. Kegiatan yang berlangsung di Oproom Setdakab Aceh Tenggara ini mengangkat tema “Jejak Irama dan Tradisi: Menelusuri Warisan Sastra dan Budaya Suku Alas.”
Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pelestarian sastra dan budaya Aceh, khususnya kekayaan budaya Suku Alas yang menjadi identitas kultural masyarakat Aceh Tenggara. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai unsur, termasuk pejabat daerah, tokoh akademisi, budayawan, mahasiswa, serta pelajar dari berbagai sekolah.
Dalam sambutannya, Bupati Aceh Tenggara, H. M. Salim Fakhry, menekankan bahwa daerah yang dipimpinnya memiliki kekayaan budaya dan sumber daya alam yang luar biasa. Ia berharap agar potensi tersebut tidak hanya dijaga, tetapi juga dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat.
“Kabupaten kita ini memiliki potensi yang luar biasa, baik dari segi budaya maupun sumber daya alam. Kita harus terus berusaha untuk melestarikan dan mengembangkan potensi yang ada, sehingga dapat membawa manfaat bagi masyarakat dan kemajuan daerah kita,” ujar Bupati Salim Fakhry saat membuka seminar, Rabu (25/06/2025).
Seminar ini juga menjadi ajang penguatan kerja sama antara Cabang Dinas Pendidikan Aceh Tenggara dan ISBI Aceh. Kepala Cabang Dinas, Jupri RM, S.Pd., M.Si., menjelaskan bahwa kedua institusi telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) yang mencakup berbagai bidang, termasuk pemberian beasiswa bagi pelajar Aceh Tenggara yang berminat melanjutkan pendidikan di bidang seni dan budaya.
“Kami telah menjalin kerja sama dengan ISBI Aceh dalam bentuk beasiswa bagi pelajar yang ingin melanjutkan pendidikan ke Institut tersebut. Ini adalah peluang besar untuk membina generasi muda yang memiliki bakat seni,” ujar Jupri.
Rektor ISBI Aceh, Prof. Dr. Wildan, M.Pd., yang hadir langsung dalam acara tersebut, menyampaikan komitmennya untuk berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah. Ia mengungkapkan rencana ISBI Aceh untuk membentuk Rumah Budaya di Aceh Tenggara sebagai pusat pelatihan, pengembangan, dan pelestarian seni budaya lokal.
“Kami berencana membentuk Rumah Budaya di Aceh Tenggara, yang nantinya akan menjadi pusat pengembangan dan pelestarian budaya di daerah ini. ISBI Aceh siap bekerja sama dalam berbagai kegiatan budaya di Aceh Tenggara,” jelas Prof. Wildan.
Dalam acara penandatanganan MoU antara Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara dan ISBI Aceh, disepakati berbagai bentuk kerja sama, antara lain: pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi, program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta kolaborasi dalam mendukung pelaksanaan tugas masing-masing pihak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Seminar ini juga menghadirkan pemateri yang berkompeten di bidang sastra dan budaya, antara lain Dr. Thalib Akbar, M.Sc., Irfan Johari, M.Pd., dan Hamidah, M.Pd. Para narasumber mengupas pentingnya dokumentasi budaya Suku Alas, revitalisasi tradisi lisan, dan integrasi nilai-nilai budaya lokal ke dalam sistem pendidikan.
Kegiatan turut dihadiri oleh perwakilan dari Dandim 0108/Agara, perwakilan Kejaksaan Negeri Aceh Tenggara, Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Thalib Akbar, Sekretaris Daerah Yusrizal, Rektor Universitas Gunung Leuser Aceh Dr. Indra Utama, M.Pd., serta ratusan peserta seminar dari kalangan pelajar dan mahasiswa.
Dengan adanya seminar ini, diharapkan terjadi peningkatan partisipasi masyarakat dalam menjaga identitas budaya lokal, serta memperkuat sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas budaya untuk menjadikan Aceh Tenggara sebagai daerah yang kaya nilai, unggul secara budaya, dan maju secara pembangunan. (ZUL)
\