GAYO LUES – Pemulihan kondisi pascabencana banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Gayo Lues, Aceh, terus diupayakan meski menghadapi sejumlah tantangan besar. Hingga Kamis (11/12/2025), masih terdapat wilayah yang terisolasi akibat akses jalur darat yang belum sepenuhnya pulih. Proses distribusi bantuan pun belum merata dan bergantung pada jalur udara serta jalan alternatif.
Dikutip dari Kompas TV, Bupati Gayo Lues, Suhaidi, S.Pd., M.Si, menyampaikan bahwa jalur darat utama menuju Gayo Lues dari Sumatera Utara dan Aceh Tenggara saat ini masih lumpuh total. Satu-satunya jalur darat yang bisa digunakan hanyalah melalui Aceh Barat Daya, itupun hanya bisa dilalui kendaraan khusus berpenggerak empat roda.
“Pasca 16 hari sejak kejadian banjir bandang, Gayo Lues masih terisolir. Jalan dari Sumatera Utara menuju Gayo Lues lumpuh total. Hari ini penyaluran logistik bergantung pada udara dan jalur darat alternatif yang cukup ekstrem,” ujar Bupati Suhaidi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menegaskan bahwa sebagian bantuan dari pemerintah pusat melalui BNPB sudah mulai berdatangan. Pengiriman logistik menggunakan pesawat sewa dan helikopter. Beberapa desa yang belum bisa dijangkau kendaraan telah dibantu melalui penurunan logistik langsung dari helikopter ke titik-titik terdampak.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa saat ini terdapat sekitar 33.000 jiwa yang masih mengungsi di berbagai wilayah dalam kabupaten tersebut. Mereka masih membutuhkan bantuan yang sangat mendesak, termasuk listrik, air bersih, BBM, logistik pangan, dan layanan kesehatan.
“Listrik menjadi masalah utama, dari 11 kecamatan, masih ada tujuh kecamatan belum dialiri listrik sejak banjir terjadi. Kami sudah mendorong percepatan pemulihan PLN melalui koordinasi dengan BNPB,” kata Suhaidi.
Sementara itu, pasokan BBM juga menjadi persoalan krusial. Distribusi terbatas karena hanya ada truk kecil yang bisa melewati jalur berat menuju wilayah itu. Hingga hari sebelumnya, hanya sekitar enam ton BBM yang masuk dan menyebabkan antrean panjang kendaraan warga di berbagai titik.
“Karena keterbatasan akses dan BBM, kami mengeluarkan surat edaran pembatasan pembelian BBM untuk roda dua, empat, dan enam,” jelasnya.
Kebutuhan air bersih juga dilaporkan masih belum stabil. Meski beberapa warga mulai memanfaatkan air sungai dan membuat sumur bor darurat, bantuan tangki dan fasilitas sanitasi portable dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh sangat dibutuhkan untuk menjaga sanitasi pengungsi.
Dari sisi kesehatan, berbagai organisasi kemanusiaan turut membantu. Salah satunya adalah tim medis yang datang dari Muhammadiyah Yogyakarta, bersama dokter dan tenaga kesehatan dari provinsi dan daerah. Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara mobile dengan prioritas untuk korban dan kelompok rentan.
“Hari ini tim medis dari berbagai pihak seperti Muhammadiyah, Dinas Kesehatan, RSUD, dan Puskesmas digerakkan secara bergantian untuk memastikan layanan berjalan di setiap titik pengungsian,” ungkapnya.
Terkait kerugian, Bupati Suhaidi memaparkan bahwa sementara ini terdapat lebih dari 5.464 unit rumah yang rusak berat atau hanyut terbawa arus. Bahkan, 10 desa dilaporkan lenyap, tidak lagi terlihat dari citra satelit, dan tidak bisa dihuni lagi. Data ini akan terus diperbarui seiring progres verifikasi di lapangan.
“Sebanyak 10 desa praktis hilang. Awalnya itu permukiman, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Kami sudah sampaikan ke BNPB untuk segera merancang relokasi dan pembangunan ulang,” jelasnya.
Pemerintah pusat melalui BNPB telah menyiapkan dua skema pemulihan, yakni pembangunan hunian sementara (huntara) dan hunian tetap (huntap). Huntara akan dibangun dalam waktu dekat agar pengungsi tidak terlalu lama tinggal di tenda. Setelah proses tanggap darurat selesai, proses relokasi dan hunian permanen akan menjadi fokus utama.
“Kami sangat mengharapkan percepatan pembukaan jalan nasional, provinsi, sampai kabupaten sebagai syarat mutlak pemulihan. Jika akses bisa dibuka, Gayo Lues akan lebih cepat mandiri,” katanya.
Hingga berita ini diturunkan, distribusi bantuan dari pemerintah pusat masih terus dilakukan melalui jalur udara. Pemerintah Kabupaten Gayo Lues terus mengupayakan koordinasi lintas lembaga agar 33.000 pengungsi dapat segera menerima bantuan dan layanan dasar secara menyeluruh. (*)




































