KUTACANE | Suasana riang dan penuh keakraban menyelimuti halaman kantor Desa Kuta Buluh, Kecamatan Bambel, Kabupaten Aceh Tenggara, pada Minggu (17/8/2025). Ratusan warga dari berbagai usia memadati lokasi untuk merayakan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia. Sorak-sorai, gelak tawa, dan tepuk tangan berulang kali pecah ketika perlombaan tradisional dimulai, menjadikan perayaan ini bukan sekadar ajang hiburan, melainkan ruang kebersamaan yang menyatukan seluruh warga desa.
Sejak pagi, anak-anak, remaja, hingga orang dewasa bersemangat mengikuti berbagai lomba khas peringatan kemerdekaan. Lomba makan kerupuk, tarik tambang, balap karung, hingga memasukkan paku ke dalam botol silih berganti digelar, menghadirkan keceriaan yang menular pada penonton. Lomba joget menjadi puncak perhatian. Dengan iringan musik tradisional dan lagu-lagu populer, peserta berjoget spontan, memicu tawa bahagia warga yang menonton. Bagi banyak orang, momen itu mengingatkan pada tradisi masa kecil, ketika lomba sederhana menjadi perekat kehidupan kampung.
Kepala Desa Kuta Buluh, Muhammad Yusuf, menegaskan bahwa kegiatan ini lahir dari semangat menjaga kebersamaan sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air. Ia mengajak warga untuk memaknai perayaan kemerdekaan bukan hanya sebagai ritual tahunan, melainkan juga pengingat jasa para pahlawan dan warisan semangat gotong royong. Menurutnya, anak-anak sebagai generasi penerus bangsa harus tumbuh dengan nilai kebersamaan dan cinta tanah air yang diwariskan melalui kegiatan semacam ini.
Keceriaan tampak jelas di wajah para peserta. Siti Aminah, siswi berusia 15 tahun, mengaku senang bisa ikut lomba joget yang penuh gelak tawa. Ia merasa seperti sedang berkumpul bersama keluarga besar. Hal serupa diungkapkan Rudi Hartono, warga berusia 40 tahun yang datang menonton bersama keluarganya. Ia menilai perayaan ini bukan hanya menghadirkan hiburan, tetapi juga mengingatkan kembali betapa pentingnya menjaga semangat kemerdekaan di tengah kehidupan sehari-hari.
Panitia pelaksana yang terdiri dari karang taruna dan perangkat desa bekerja keras menyiapkan acara sejak jauh hari. Hadiah sederhana berupa alat tulis, perlengkapan rumah tangga, hingga voucher belanja disediakan untuk memotivasi peserta. Bagi mereka, bukan besarnya hadiah yang utama, melainkan kebahagiaan warga yang terlibat aktif dalam kegiatan desa. “Yang paling penting adalah suasana kebersamaan. Kalau anak-anak senang, berarti tujuan kami tercapai,” ujar Ahmad Fauzi, Ketua Panitia.
Selain perlombaan, masyarakat juga disuguhkan penampilan seni budaya lokal. Tarian tradisional yang dibawakan kelompok pemuda desa menambah warna perayaan, sekaligus menjadi pengingat akan kekayaan budaya yang perlu terus dijaga. Dukungan dari tokoh masyarakat semakin memperkuat penyelenggaraan kegiatan ini. Mereka berharap tradisi perayaan HUT RI seperti di Kuta Buluh dapat terus berlanjut dan berkembang dengan inovasi baru, sehingga semakin mengakar dalam kehidupan warga.
Haji Abdullah, salah seorang tokoh masyarakat, menyebut peringatan ini sebagai simbol kebersamaan yang nyata. Menurutnya, kegiatan semacam ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memperkuat identitas warga sebagai bagian dari bangsa yang besar. “Inilah cara kami merawat semangat kemerdekaan, bukan hanya dengan mengenang perjuangan masa lalu, tetapi juga dengan menjaga persatuan dan kebersamaan hari ini,” ujarnya.
Peringatan HUT RI ke-80 di Desa Kuta Buluh menjadi potret sederhana tentang bagaimana kemerdekaan diperingati di akar rumput. Melalui lomba tradisional dan kegiatan budaya, masyarakat menunjukkan bahwa semangat kemerdekaan tidak hanya hidup dalam simbol, melainkan dalam tindakan nyata menjaga persatuan dan kebersamaan. Di tengah sorak sorai dan tawa anak-anak, kemerdekaan menemukan wajahnya: hangat, akrab, dan penuh harapan bagi masa depan.
Laporan : Edi Sahputra