Oleh : Sri Radjasa, M. BA (Pemerhati Intelijen dan Pekerja Kesenian)
DITENGAH prilaku para pemangku kekuasaan negara yang dirasuki oleh syahwat duniawi, untuk saling cakar berebut limbah kekuasaan, maka yang tertinggal di ruang-ruang hati hanya amarah, dengki, serakah dan licik, tanpa menyisakan sedikitpun celah untuk hati menyemai doa dan zikir. Oleh karenanya gagasan yang mengedepankan nilai budi pekerti, olah rasa maha karya para seniman dan budayawan, teronggok disudut gubuk-gubuk kumuh. Seperti halnya pentas baca puisi karya Din Saja, budayawan dan sastrawan Aceh terkemuka, dengan thema “Bohku”.
Untuk acara pementasan saja yang semula di gedung tertutup Taman Budaya Aceh, harus rela tergusur ke Kantin Taman Budaya. Apakah ini pertanda bangsa ini, tak lagi perduli dengan identitas kebangsaan atau sudah berani meninggalkan identitas karya para leluhur, sementara tidak mempersiapkan identitas baru sebagai pengganti. Tidak berlebihan jika bangsa ini dianalogikan sebagai “seseorang yang telah membuka bajunya, tapi tidak disiapkan baju pengganti, akibatnya telanjang”. Sehingga mudah terjangkit penyakit, bahkan bisa dibilang ODGJ.
Pementasan baca puisi karya Din Saja dengan thema Bohku di ruang sempit Kantin Taman Budaya, tanpa dekorasi yang menyajikan efek dramatis, menjadi bukti bahwa puisi berangkat dari kesedehanaan dan mengalir ditengah detak nadi kehidupan rakyat dalam menggapai asa.
Acara ini dihadiri sejumlah politisi, sastrawan dan musisi nasional seperti Nasir jamil, Mulyadi, Sarjev, Thayeb Loh Angen, merefleksikan puisi tidak sekedar deretan kata tanpa makna seperti nawacita, tapi memiliki perekat diantara mereka yang menapaki jalannya dengan tuntunan nurani.
Puisi karya Din Saja yang bertutur tentang keresahan dan kemarahan terhadap para pemangku kekuasaan yang curang, serakah, menggunakan hukum untuk memenjarakan kebenaran, menjadikan korupsi sebagai ibadah fardu ‘ain dan selalu mengutamakan kemenangan karena kalah berarti perang. Sudah barang tentu puisi Din Saja ibarat suara azan, akan terasa membakar bagi mereka penyembah berhala kekuasaan, tapi menjadi penyejuk hati bagi siapa saja yang berharap ridho Allah SWT dalam setiap tarikan nafasnya.