Jangan Pilih Dewan Perwakilan Rohingya (DPR)
Banda Aceh – Di tengah perekonomian masyarakat Aceh yang kian sulit, di tambah lagi dengan musibah banjir melanda di berbagai tempat, namun masyarakat Aceh harus menelan kepahitan batin karena para politisi bahkan para wakil rakyatnya lebih peduli dan sayang dengan imigran gelap rohingya ketimbang rakyatnya.
“Dengan bantuan makanan dan berbagai keperluan para politisi datang melihat imigran gelap Rohingya sembari menunjukkan diri sebagai orang paling peduli dan menjual isu kemanusiaan sebagai kemasan pencitraan. Namun, di sisi lain di berbagai daerah di Aceh rakyat kita sedang berjibaku menghadapi bencana banjir, bahkan terkadang rakyat kita justru hanya makan indomie telor saja dikala imigran gelap Rohingya mendapat nasi bungkus bahkan nasi kotak dari para politisi kita. Ini sungguh kondisi yang begitu memilukan, dan menyayat bathin rakyat Aceh,” ungkap Koordinator Gerakan Mahasiswa Peduli Aceh (GeMPA), Ariyanda Ramadahan, Rabu 3 Januari 2024.
Ariyanda menilai, sikap politisi yang menggadaikan Aceh dengan menjual isu kemanusiaan, lalu mengabaikan perasaan rakyatnya demi imigran gelap Rohingya yang datang ke Aceh adalah sesuatu yang sudah tak wajar. “Jika yang dijual adalah isu agama dengan dalih membantu sesama muslim, apakah masyarakat Aceh yang kini kesusahan di tengah kepungan musibah banjir itu bukan muslim. Atau jangan-jangan jika lebih peduli imigran gelap Rohingya ada nilai tambah untuk partai tertentu yang mungkin sudah bekerjasama dengan UNHCR sebagai organisasi yang pengelola bantuan kemanusiaan untuk pengungsi. Sementara, jika untuk rakyatnya nilai tambah itu tidak didapatkan, bisa saja seperti itu,” katanya.
Seharusnya, lanjut Ariyanda, sebagai tamu, imigran gelap Rohingya hanya difasilitasi selama 3(tiga) hari saja sebagai bentuk kita orang Aceh mengedepankan kemanusiaan dalam bingkai adat peumulia jamee. Namun, ini kan sudah begitu lama, tapi lagi-lagi sebagian politisi kita di Aceh terlihat lebih senang membantu imigran gelap Rohingya dari pada kesulitan rakyatnya. Mereka datang ke imigran Rohingya ibarat orang paling suci yang begitu peduli dengan sesama manusia, namun di belakang itu mereka sedang mencabik-cabik hati rakyat Aceh yang semestinya diutamakannya.
“Untuk itu, kami menghimbau masyarakat Aceh, untuk mencatat dan mengingat serta tidak memilih baik itu caleg baru, anggota dewan incumben atau bahkan partai yang lebih peduli imigran gelap Rohingya daripada rakyatnya. Kita rakyat butuh Dewan Perwakilan Rakyat(DPR) yang lebih peduli nasib dan bathin rakyatnya dan kita tak butuh Dewan Perwakilan Rohingya (DPR), yang tega mengutamakan imigran Rohingya daripada persoalan dan keresahan rakyatnya. Sekali lagi kami imbau Rakyat Aceh jangan pilih Dewan Perwakilan Rohingya(DPR), nanti masyarakat kita akan semakin dianaktirikan, dan mereka lebih penting menjual isu kemanusiaan untuk orang yang datang ke wilayah kita,” ujarnya.
Dia juga berharap agar pemerintah dapat segera memindahkan imigran gelap Rohingya sesegera mungkin dari Aceh demi menjaga stabilitas sosial, menghindari pergesekan sosial dengan masyarakat Aceh. “Jangan sampai rakyat kita yang sudah berjibaku di dalam berbagai persoalan jangan sampai justru menambah masalah baru yang nantinya malah semakin merugikan rakyat kita. Jangan kita gadaikan Aceh, kita korbankan rakyat kita dengan menjual isu kemanusiaan yang sebenarnya sudah berada tidak pada tempatnya. Rakyat juga paham ada alokasi anggaran segar yang besar untuk projek isu kemanusiaan, disana memang terkadang begitu menggiurkan, namun lagi-lagi kami harapkan jangan sesekali kita korban kan rakyat kita dan janganf pula kita korbankan masa depan Aceh hanya demi jualan isu kemanusiaan,” tambahnya.
Dia juga menghimbau masyarakat untuk terus kompak dan mampu bersikap tegas demi masa depan Aceh. “Sudah cukup kita berikan amanah dan kepercayaan kepada mereka yang nyatanya lebih peduli imigran gelap Rohingya ketimbang rakyatnya. Ke depan jangan pilih lagi yang seperti ini karena hanya akan melukai bathin kita sebagai masyarakat Aceh nantinya,” pungkasnya.