Pulau-Pulau yang Diperebutkan: Akhir Kisruh Aceh-Sumut dan Jejak Kepentingan di Baliknya

Redaksi Bara News

- Redaksi

Kamis, 19 Juni 2025 - 00:15 WIB

50585 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA – Dalam sejarah panjang konflik batas wilayah di Indonesia, jarang ada perkara yang menyita perhatian publik seperti sengketa empat pulau kecil antara Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Pulau Panjang, Pulau Lipan, Pulau Mangkir Gadang, dan Pulau Mangkir Ketek—empat titik daratan kecil di tengah birunya laut barat Sumatera—tiba-tiba menjadi medan tarik-menarik politik, ekonomi, hingga diplomasi tingkat tinggi.

Kisahnya bukan semata tentang batas peta yang kabur atau kekeliruan administrasi. Ia menyentuh akar soal harga diri daerah, potensi kekayaan maritim, dan—yang baru terkuak belakangan—lobi investor asing yang mengendus peluang emas di sudut terpencil republik ini.

Ketegangan memuncak pada awal 2025, ketika masyarakat Aceh dikejutkan oleh Keputusan Menteri Dalam Negeri yang menyatakan keempat pulau tersebut masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Keputusan itu mengejutkan banyak pihak karena secara historis, geografis, dan sosial-budaya, keempat pulau lebih dekat dengan Kabupaten Aceh Singkil. Selama puluhan tahun, warga nelayan Aceh beraktivitas di sana, dan Pemerintah Aceh mengklaim telah menyertakan wilayah tersebut dalam dokumen rencana tata ruang dan pembangunan daerah.

Namun, keputusan tersebut terbit justru di masa jabatan Bobby Nasution sebagai Gubernur Sumatera Utara—tokoh politik muda yang juga menantu Presiden Joko Widodo. Sontak publik berspekulasi: apakah ini hanya soal batas wilayah biasa, atau ada ‘tangan-tangan lain’ yang bermain di belakang layar?

Protes pun bermunculan. Tokoh-tokoh adat, mahasiswa, bahkan Pj Gubernur Aceh Muzakir Manaf sendiri, secara tegas menyatakan keberatan. “Kami tidak akan pernah menyerahkan sejengkal pun tanah Aceh kepada siapa pun,” kata Muzakir dalam sebuah rapat koordinasi di Banda Aceh. Bahkan beberapa unjuk rasa sempat dilakukan di depan kantor Kemendagri di Jakarta.

Tawaran dari Bobby Nasution untuk “mengelola bersama” wilayah tersebut ditolak mentah-mentah. Pemerintah Aceh menilai hal itu sebagai bentuk kompromi yang melemahkan posisi hukum dan historis mereka.

Lalu, situasi makin panas ketika dalam sebuah diskusi publik yang dilansir kanal YouTube Rakyat Bersuara (tautan video), analis kebijakan publik Muhammad Said Didu mengungkap bahwa konflik ini tidak bisa dilepaskan dari minat investasi besar-besaran yang telah lama mengintai gugusan pulau itu.

Menurutnya, sejak tahun 2016, ada investor dari Timur Tengah, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), yang menunjukkan ketertarikan membangun resor wisata supermewah di wilayah barat Sumatera. Pulau-pulau terpencil yang belum tersentuh pembangunan dianggap cocok untuk dijadikan destinasi eksklusif bagi para miliarder internasional. “Saya sendiri pernah dilibatkan untuk memfasilitasi pembelian pulau saat itu,” ungkapnya.

Sinyal yang sama datang dari Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Dalam pernyataan resminya, ia mengakui bahwa Putra Mahkota UEA, Mohamed bin Zayed (MBZ), telah menyatakan niat investasi, bahkan sudah ada letter of intent yang diteken bersama pemerintah Aceh. “Tinggal menunggu kesiapan infrastruktur dan kepastian hukum wilayah saja,” kata Luhut.

Konteks inilah yang mengubah wajah sengketa empat pulau menjadi persoalan geopolitik dan ekonomi besar. Kepemilikan wilayah ternyata tidak hanya soal batas administrasi, melainkan tentang siapa yang mengontrol akses terhadap sumber daya dan investasi miliaran dolar di masa depan.

Puncaknya terjadi pada 17 Juni 2025. Presiden Prabowo Subianto memanggil Pj Gubernur Aceh dan Sumut ke Istana Negara. Di hadapan mereka dan disaksikan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Presiden menetapkan bahwa keempat pulau tersebut secara resmi masuk ke dalam Provinsi Aceh. “Ini keputusan final. Kita butuh stabilitas, bukan konflik horizontal antar daerah,” tegas Prabowo.

Bobby Nasution tak banyak berkomentar. Dalam pertemuan itu, ia hanya menyatakan siap menghormati keputusan pusat dan berharap agar proses transisi administrasi dilakukan tanpa konflik sosial.

Dengan tuntasnya konflik ini, kini Aceh memegang kendali penuh atas wilayah yang secara ekonomi sangat menjanjikan. Pulau Lipan dan Mangkir Gadang disebut-sebut menyimpan potensi perikanan tangkap dan wisata bahari yang luar biasa. Sementara Pulau Panjang dan Mangkir Ketek cocok dijadikan zona konservasi laut atau tempat resor berstandar internasional.

Namun, keberhasilan ini juga membawa tanggung jawab besar. Pemerintah Aceh dihadapkan pada tugas menjaga wilayah tersebut dari eksploitasi tak bertanggung jawab. Dengan sorotan publik nasional yang begitu besar, Aceh harus membuktikan bahwa wilayah yang dipertahankan dengan perjuangan itu benar-benar dikelola demi kesejahteraan rakyat, bukan hanya untuk segelintir elit atau kongsi investor.

Kini, setelah puluhan tahun ambigu, batas wilayah sudah dipastikan. Namun, pelajaran terbesar dari kisah ini mungkin bukan pada siapa yang menang, tetapi pada bagaimana wilayah kecil bisa menjadi arena perebutan kekuasaan besar, dan mengapa integritas serta keberanian bersuara tetap jadi senjata utama daerah dalam mempertahankan haknya. (RED(

Berita Terkait

BNN dan PWI Perkuat Kolaborasi dalam Perang Melawan Narkoba
Puluhan Pabrik di Kawasan Industri Banten Tercemar Radiasi Cs-137, Pemerintah Telusuri Sumber Paparan Berbahaya
AMPG Konsultasi ke Polda Metro, Siapkan Laporan Terkait Dugaan Serangan terhadap Ketum Golkar Bahlil Lahadalia
Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Lawan Korupsi dalam Penyerahan Rp13 Triliun Uang Pengganti Negara
Kejagung Serahkan Rp13 Triliun Uang Korupsi CPO ke Negara
Presiden Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Rp 13 Triliun dari Kasus Korupsi Ekspor CPO
Perum BULOG Raih Penghargaan Anugerah Inspiratif 2025, Pengakuan Komitmen Ketahanan dan Kemandirian Pangan Nasional
Perisai SI Siap Kirim 1.000 Relawan ke Palestina, Dukung Sikap Tegas Prabowo

Berita Terkait

Selasa, 21 Oktober 2025 - 12:19 WIB

Puluhan Karyawan Cleaning Service RSUD SIM Melaksanakan Kegiatan Rutinitas Untuk Menjaga Kebersihan

Senin, 20 Oktober 2025 - 23:51 WIB

Bupati TRK: Doktrin Karya Kekaryaan Berkontribusi Nyata Bagi Kemajuan Indonesia

Senin, 20 Oktober 2025 - 23:47 WIB

Ampon Bang: TRK Kandidat Kita untuk Pimpin GOLKAR Aceh

Senin, 20 Oktober 2025 - 14:51 WIB

Pengurus RAPI Nagan Raya Apresiasi RSUD SIM Nagan Raya Atas Pelayanan Kebersihan 24 Jam.

Senin, 20 Oktober 2025 - 12:01 WIB

Ketua MKGR Nagan Raya T. Jamalul Alamuddin Ingatkan Warga Waspadai Banjir

Minggu, 19 Oktober 2025 - 19:17 WIB

Brimob Batalyon C Pelopor Gelar Khanduri Maulid Wadanyon Berikan Santunan Anak Yatim

Minggu, 19 Oktober 2025 - 12:38 WIB

TP – PKK Nagan Raya Lomba Mewarnai Tingkat PAUD. Kecamatan Seunagan Timur Juara I Dan III

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 01:12 WIB

Kapolda Aceh Irjen Pol Drs. Marzuki Ali Basyah, M.M  Kunker Ke Nagan Raya Tekankan Jangan Sakiti Hati Rakyat

Berita Terbaru

GAYO LUES

120 Ekor Kuda Berpacu di Arena Buntul Nege, Gayo Lues

Selasa, 21 Okt 2025 - 13:41 WIB