Banda Aceh — Komitmen Pemerintah Aceh dalam memberdayakan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus ditunjukkan secara nyata. Senin, 23 Juni 2025, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh, Marlina Muzakir, secara resmi membuka kegiatan Pelatihan Peningkatan Pengelolaan Personal Branding dan Bisnis Branding di Hotel Oasis, Banda Aceh.
Pelatihan yang akan berlangsung selama tiga hari, dari 23 hingga 25 Juni 2025 ini, diikuti oleh puluhan pelaku UMKM dari berbagai kabupaten/kota di Aceh. Mereka berasal dari beragam sektor kerajinan, mulai dari fesyen, anyaman, hingga produk rumah tangga berbasis kearifan lokal.
Turut hadir dalam pembukaan kegiatan tersebut Wakil Ketua Dekranasda Aceh, Mukarramah; Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh, Mohd Tanwier; Kepala Dinas Koperasi dan UKM Aceh, Azhari; serta jajaran pengurus Dekranasda lainnya yang mendukung penuh peningkatan kapasitas pelaku usaha kreatif Aceh.
Dalam sambutannya, Marlina Muzakir menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Dekranasda Aceh untuk membantu para pengrajin tidak hanya memproduksi barang, tetapi juga membangun identitas merek (brand) yang kuat dan berkelanjutan.
“Semoga para peserta dapat menyerap seluruh materi yang diberikan, dan menerapkannya demi kemajuan usaha mereka,” ujar Marlina.
Ia menegaskan bahwa di era persaingan pasar yang semakin terbuka, keberhasilan sebuah usaha tidak hanya bergantung pada kualitas produk, tetapi juga pada kemampuan memperkenalkan dan memasarkan produk secara strategis. Personal branding dan bisnis branding, lanjutnya, menjadi kunci penting agar produk UMKM Aceh bisa menembus pasar regional, nasional, bahkan internasional.
Pelatihan ini menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi dan praktisi, yakni dosen dari Universitas Syiah Kuala serta perwakilan Bank Syariah Indonesia (BSI). Mereka menyajikan materi berbasis teori dan praktik yang langsung aplikatif, seperti membangun cerita merek (brand story), strategi digital marketing, pengemasan produk, hingga akses pembiayaan.
Usai membuka kegiatan secara resmi, Marlina tampak menyempatkan diri meninjau langsung stan para peserta yang menampilkan beragam produk hasil kerajinan khas Aceh. Mulai dari tas rajut, tikar pandan, busana bermotif etnik, hingga produk inovatif berbahan dasar alam.
Ia berdialog hangat dengan para pelaku UMKM, mendengarkan cerita perjalanan usaha mereka, dan memberikan motivasi agar tetap semangat berinovasi serta menjaga kualitas.
“Saya sangat bangga melihat kreativitas para pengrajin kita. Produk mereka tidak kalah dengan buatan luar. Yang kita butuhkan sekarang adalah kekuatan dalam membangun merek dan pemasaran yang tepat sasaran,” ujar Marlina.
Kegiatan ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam membekali para pengrajin Aceh dengan kemampuan manajerial dan komunikasi visual yang lebih modern. Tidak sekadar memproduksi barang, tetapi mampu menjual nilai, cerita, dan identitas lokal yang membedakan produk Aceh dari daerah lain.
Dengan branding yang kuat dan pengelolaan usaha yang profesional, UMKM Aceh diharapkan tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan bersaing di tengah tantangan ekonomi global. Dekranasda Aceh menyatakan akan terus mendorong pelatihan serupa dan membuka akses kerja sama lintas sektor untuk memperkuat ekosistem UMKM ke depan. (*)