“Saya lebih senang pemuda yang merokok dan minum kopi sambil diskusi tentang bangsa ini, dari pada kutu buku yang hanya memikirkan diri sendiri”
-Ir. Soekarno-
Melihat pemuda merokok dan minum kopi sambil bermain gadget sudah menjadi pemandangan lumrah di Kota Banda Aceh, warung kopi sudah menjadi tempat kumpul pemuda Aceh. Di mana mereka bercengkerama dan saling berbagi cerita.
Pemuda ialah sekumpulan mahasiswa yang mempunyai nilai integritas dan kedudukan yang tinggi dalam falsafah sosial bernegara serta penyambung lidah rakyat yang tertindas oleh penguasa yang berkuasa. Jika sudah menunjukkan kemampuan dan kekuasaannya bisa menjadi sebuah kekuatan besar serta bisa menjatuhkan penguasa yang sedang berkuasa. Dengan gerakan-gerakan, kritik sosial pemerintah, ide cemerlang, layak menjadi leader (pemimpin) bangsa, pengatur, pengamat, juga sebagai awal pertemuan baru atau terobosan baru. Maka, mahasiswa disebut sebagai penerus bangsa dan sebagai agent of change (agen perubahan).
Pada tahun tahun 1950-an sampai puncaknya pada tahun 1998 begitu banyak kontribusi yang diberikan mahasiswa terhadap bangsa ini, mahasiswa berkumpul bersama menyatukan kekuatan memperjuangkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, dengan melakukan aksi demo, aksi damai serta aksi unjuk rasa, dengan cara itulah mahasiswa menunjukan beberapa bukti sikap kritisnya.
Namun saat ini sedikit demi sedikit banyak mahasiswa yang lupa akan peran dan fungsinya, mereka hanya fokus pada satu bidang yang dijalani saja, dengan alasan ingin mendapatkan nilai yang tinggi.
Tentunya, anggapan yang tersebar bahwa mahasiswa yang memperoleh nilai tinggi dianggap sebagai sosok kutu buku yang hanya memikirkan diri sendiri dan tidak peduli masalah disekitar masyarakat, asal mereka duduk nyaman di ruangan, “katanya lagi fokus belajar”.
Tak hanya itu, begitu banyak mahasiswa pada saat ini yang disibukkan dengan hiburan semata seperti halnya bermain game.
Oleh karenanya mahasiswa telah mengalihkan peran dan fungsi mahasiswa yang sesungguhnya duduk diwarung kopi sambil berdiskusi tentang bangsa, bukan duduk di warung kopi sambil wifian untuk bisa bermain game.
Masih begitu banyak aktifitas mahasiswa saat ini yang keluar dari peran dan fungsinya. Sepertinya, menjadi mahasiswa yang sesungguhnya adalah masalah bagi mahasiswa lainnya. Perlu adanya kesadaran kolektif dalam menyikapi masalah ini.
Yang harus kita sadari bersama, kita sekarang bukan lagi siswa biasa, kita adalah mahasiswa yang harus bisa untuk berbicara dan berani menyuarakan kebenaran.
Penulis
Alwan Samri
Mahasiswa Asal Simeulue yang sedang menempuh pendidikan di Banda Aceh