Blangkejeren, Kompas – Kebakaran hebat melanda kawasan hutan dan perkebunan warga di Desa Penampaan, Kecamatan Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues, Selasa (26/8/2025) siang. Lahan berisi tanaman pinus dan sere wangi dilaporkan hangus dilalap api.
Peristiwa itu menimbulkan kepanikan warga, sebab sebagian besar lahan yang terbakar merupakan sumber penghidupan utama masyarakat. Hingga kini, penyebab pasti kebakaran belum dapat dipastikan. Namun, dugaan sementara mengarah pada musim kemarau panjang yang membuat kondisi lahan kering dan mudah terbakar.
“Kebakaran tersebut awalnya sudah kami coba cegah, tapi api cepat sekali merembet. Kami tidak sempat berbuat banyak, hanya sebagian kecil lahan yang bisa diselamatkan,” tutur Helmi, seorang warga Desa Penampaan.
Menurut penuturan Helmi, kebakaran bermula dari aktivitas pembakaran lahan oleh sejumlah warga di sekitar kawasan tersebut. Ia mengaku sempat memperingatkan agar aktivitas itu dihentikan, mengingat kondisi lahan yang sangat kering. “Saya sudah ingatkan, tapi mereka merasa tidak ada masalah. Akhirnya api itu merambat dengan cepat, tidak terkendali,” ujarnya.
Upaya pemadaman langsung dilakukan. Petugas pemadam kebakaran bersama masyarakat setempat berusaha memadamkan api dengan alat seadanya. Namun, medan yang sulit dijangkau serta tiupan angin kencang membuat api kian meluas.
Kepala Desa Penampaan, Sarifuddin, membenarkan adanya kebakaran besar tersebut. Ia menyebut kerugian yang ditimbulkan mencapai ratusan juta rupiah. “Lahan pinus dan sere wangi ini adalah aset penting warga Penampaan. Selama ini menjadi penopang utama ekonomi masyarakat. Sekarang sebagian besar habis terbakar,” kata Sarifuddin.
Ia menambahkan, hilangnya sumber ekonomi masyarakat akibat kebakaran ini ibarat kehilangan urat nadi. Karena itu, ia berharap ada perhatian serius dari pemerintah daerah maupun pusat untuk membantu pemulihan pascakebakaran. “Kami sangat berharap pemerintah turun tangan. Warga membutuhkan dukungan, baik berupa bantuan ekonomi maupun solusi jangka panjang agar peristiwa seperti ini tidak terulang,” katanya.
Hingga Selasa malam, tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gayo Lues, TNI, Polri, dan masyarakat masih berupaya melakukan pendinginan untuk mencegah api kembali meluas. Sejumlah titik bara masih terpantau aktif, terutama di kawasan perbukitan.
Pemerintah daerah telah mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di tengah kondisi cuaca ekstrem yang diperkirakan masih akan berlangsung beberapa pekan ke depan. “Jika masyarakat menemukan tanda-tanda kebakaran, segera laporkan. Jangan membuka lahan dengan cara membakar karena risikonya sangat besar,” demikian imbauan resmi dari BPBD Gayo Lues.
Kebakaran di Gayo Lues kali ini menambah panjang daftar kasus karhutla yang terjadi di Aceh selama musim kemarau tahun ini. Pemerintah daerah bersama aparat penegak hukum berjanji akan menelusuri penyebab kebakaran, termasuk dugaan kelalaian warga.
(Rauf Ariga)