Aceh Besar – Kelompok Usaha Sirana Jaya di Gampong Deudap, Pulau Nasi, Aceh Besar, sukses meningkatkan produksi garam dengan memanfaatkan teknologi geomembran. Program pemberdayaan masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas garam lokal, yang selama ini diproduksi secara tradisional dan sangat bergantung pada kondisi cuaca.
Program pengabdian masyarakat ini dilaksanakan oleh tim dosen dari Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah. Tim ini dipimpin oleh Dr. Ir. Saisa, ST., MT sebagai ketua, dengan anggota Zulhaini Sartika, ST., MT dan Dr. Ir. Erdiwansyah, ST., MT, bersama tiga mahasiswa. Tim pengabdian berperan dalam sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan teknis kepada kelompok usaha, guna memastikan pemanfaatan teknologi geomembran dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi garam.
Teknologi geomembran, berupa material kedap air dari HDPE (High-Density Polyethylene), diterapkan dalam proses kristalisasi garam. Teknologi ini mencegah campuran tanah pada garam, menghasilkan produk yang lebih putih dan bersih. Proses penguapan air laut menjadi kristal garam juga berlangsung lebih cepat—dari yang semula membutuhkan waktu hingga 40 hari, kini dapat diselesaikan hanya dalam 25 hari.
Program ini bertujuan untuk menciptakan metode produksi yang ramah lingkungan serta meningkatkan kualitas garam agar memenuhi standar Halal, SNI, dan BPOM. Dalam jangka panjang, peningkatan kapasitas produksi ini diharapkan mampu meningkatkan pendapatan anggota kelompok hingga 50% dan menghasilkan garam berkualitas tinggi.
“Ini adalah langkah penting bagi kesejahteraan petani garam di Pulau Nasi,” ujar salah satu pelaku usaha, “Penggunaan geomembran terbukti meningkatkan kualitas garam kami, yang sekarang lebih putih dan bersih dibandingkan produksi tradisional.” pungkas Dr. Saisa kepada Media ini selasa (12/11/24)
Kegiatan ini dimulai dengan sosialisasi teknologi geomembran kepada masyarakat, disusul dengan pelatihan teknis pemasangan geomembran, pendampingan produksi, dan evaluasi hasil. Tim juga memperkenalkan inovasi rumah produksi berbentuk tunnel dengan atap plastik UV, yang membantu sirkulasi udara dan mempercepat kristalisasi garam.
Dampak dari penerapan teknologi ini sudah terasa langsung. Kualitas produk meningkat 20%, dan pendapatan kelompok usaha Sirana Jaya pun meningkat. Garam yang dihasilkan kini lebih higienis, lebih putih, dan sesuai standar kualitas, sehingga siap dipasarkan lebih luas.
“Ke depannya, kelompok ini berencana mendaftarkan produk mereka untuk sertifikasi SNI dan BPOM, yang akan meningkatkan nilai jual dan daya saing garam lokal. Program ini diharapkan menjadi inspirasi bagi komunitas petani garam lainnya di Indonesia untuk mendorong produksi yang lebih berkualitas dan berkelanjutan”, lanjutnya.
Dengan hasil positif ini, kegiatan pengabdian ini akan terus dilanjutkan dengan monitoring berkala, pelatihan tambahan, dan pengembangan usaha mandiri bagi Kelompok Usaha Sirana Jaya.