JAKARTA — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus memaksimalkan peran relawan untuk mempercepat penanganan darurat bencana hidrometeorologi yang melanda Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara. Hingga Sabtu (6/12/2025), Desk Relawan BNPB mencatat sebanyak 9.558 relawan dari 226 lembaga telah terlibat aktif di lapangan dalam misi kemanusiaan.
Para relawan itu tersebar di sejumlah titik krusial yang membutuhkan penanganan cepat. Mereka dilibatkan dalam berbagai sektor, mulai dari distribusi logistik, pengelolaan dapur umum, operasi pencarian dan pertolongan (SAR), pembukaan serta perbaikan jalur yang terputus, hingga layanan pemulihan psikososial dan kesehatan untuk para penyintas.
BNPB memastikan bahwa setiap personel relawan memiliki keahlian khusus yang relevan dengan kebutuhan penanganan darurat. Melalui sistem koordinasi terpadu dengan lembaga-lembaga kemanusiaan yang tergabung dalam unsur pentaheliks, para relawan dikelompokkan berdasarkan kapasitas dan spesialisasinya agar intervensi yang dilakukan di lapangan berjalan efektif dan tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Raditya Jati, Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, menyampaikan bahwa semangat kolaborasi lintas pihak menjadi daya dorong utama dalam respon darurat. Sinergi antara BNPB, kementerian/lembaga, pemerintah daerah, lembaga usaha, media, akademisi, dan masyarakat sipil terus diperkuat, termasuk dalam hal berbagi data lapangan, penguatan komunikasi risiko, hingga pengiriman logistik dan sumber daya manusia ke lokasi bencana.
“Kami memfasilitasi koordinasi dan kebutuhan teknis relawan, tidak hanya untuk menjawab kebutuhan logistik, tetapi juga untuk memastikan kesinambungan layanan kemanusiaan di semua sektor utama,” ujar Raditya.
Hasil monitoring dan evaluasi kinerja relawan dalam 24 jam terakhir menunjukkan tren peningkatan signifikan. Pada 5 Desember 2025 tercatat 9.277 relawan dari 205 organisasi telah berada di lapangan. Angka tersebut naik pada hari berikutnya, 6 Desember 2025, menjadi 9.558 relawan dari 226 organisasi, atau meningkat 10,24 persen dalam jumlah lembaga dan 3,03 persen dalam jumlah personel.
Secara keseluruhan, perkembangan ini menunjukkan pergerakan yang semakin terstruktur dan meluas dari respons kemanusiaan nasional. Dengan dukungan relawan yang adaptif, penanganan darurat di wilayah terdampak dapat dilakukan dengan lebih cepat dan akurat, mengikuti dinamika kondisi lapangan yang terus berubah.
BNPB mencermati bahwa lonjakan kebutuhan logistik dan layanan dasar terjadi seiring memburuknya situasi banjir dan longsor di berbagai wilayah. Beberapa titik masih terisolasi dan membutuhkan perhatian ekstra, terutama dalam pengiriman bantuan ke desa-desa yang aksesnya terputus. Dalam hal ini, keberadaan relawan menjadi motor penggerak yang sangat strategis, baik dalam sistem distribusi maupun sebagai penyambung komunikasi antara wilayah terdampak dan pos pusat.
Dengan meningkatnya jumlah organisasi dan relawan yang terlibat, BNPB optimistis bahwa efektivitas intervensi akan terus membaik. Kegiatan ini diharapkan tidak hanya mempercepat pemenuhan kebutuhan penyintas, tetapi juga turut menjaga semangat gotong royong dan solidaritas nasional dalam menghadapi bencana.
Mobilisasi besar ini menjadi cermin kuatnya partisipasi masyarakat sipil dalam sistem penanggulangan bencana nasional. Di tengah tantangan geografis dan infrastruktur yang terdampak parah, relawan hadir sebagai garda terdepan dalam menjangkau daerah-daerah yang masih menunggu uluran tangan. (*)


































