UPAYA KEADILAN AKIBAT SERANGAN ISRAEL KE PALESTINA

Redaksi Bara News

- Redaksi

Selasa, 28 November 2023 - 18:40 WIB

50293 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Putra Safriza
2303201010044
Teori Hukum

Kebangkitan Palestina dimulai dengan serangan mendadak Hamas ke Israel, yang membunuh 700 orang dan melukai ribuan orang lainnya. Hamas berusaha menunjukkan bahwa Palestina belum menyerah. Bahkan, Palestina memiliki kekuatan yang lebih besar dan memiliki kemampuan untuk mengobrak-abrik sistem pertahanan intelijen Israel yang sangat canggih dan canggih. Dalam beberapa tahun terakhir, Palestina tampaknya mulai terpinggirkan dan bahkan terlupakan. Palestina dibiarkan menghadapi kesulitan mereka sendiri. Dengan menguasai wilayah Masjid Al-Aqsa dan terus memperluas pendudukan ilegal di Tepi Barat, Israel menjadi lebih otoriter.

Dunia internasional tidak mengambil tindakan apa pun terhadap blokade Gaza yang masih berlangsung. Selama tiga puluh dua hari berlalu, konflik antara Palestina dan Israel telah memasuki tingkat yang lebih parah. Korban kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel mencakup banyak warga sipil, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak, perempuan, dan pasien rumah sakit. Tidak seperti sebelumnya, ketika Rusia menginvasi Ukraina, pemerintah global menunjukkan kemunafikannya dengan mengabaikan situasi di jalur Gaza. Salah satu konflik terpanjang dan paling kompleks di dunia adalah konflik antara Palestina dan Israel. Konflikt ini telah berlangsung selama puluhan tahun dan melibatkan banyak hal, seperti agama, sejarah, politik, dan wilayah.

Sejarah konflik Palestina-Israel bermula ketika Inggris mengalahkan kesultanan ottoman dalam perang dunia pertama dan mengambil alih wilayah Palestina. Deklarasi Balfour mendukung pembangunan rumah nasional Yahudi di Palestina pada tahun 1917. Ini menyebabkan orang Yahudi dari seluruh dunia datang ke Palestina. Saat itu, imigrasi Yahudi meningkat, dan ketegangan antara komunitas Arab Palestina dan Yahudi meningkat. Setelah Perang Dunia Kedua berakhir, PBB mengambil alih Palestina, yang sebelumnya dikuasai oleh Inggris. PBB membagi Palestina menjadi dua negara: satu untuk orang Arab dan satu lagi untuk orang Yahudi. Pembagian tersebut ditetapkan sebagai Resolusi PBB Nomor 181 pada tahun 1947, tetapi Arab Palestina menentangnya, yang menyebabkan Perang Arab-Israel pertama pada tahun 1948 yang dimenangkan oleh Israel, yang menyebabkan pengungsian rakyat Palestina.

Baca Juga :  Kemlu Tegaskan Tak Ada WNI Jadi Korban Badai Hilary di AS dan Meksiko

Adapun Jumlah korban sipil akibat serangan Israel ke Gaza dan pernyataan pejabat Israel terhadap Palestina menunjukkan niat dan tindakan genosida sesuai hukum internasional.
Lebih dari 1 juta orang di Gaza dipaksa mengungsi akibat serangan Israel di Gaza yang dikepung, di mana pasokan makanan, air, listrik, obat-obatan, dan bahan bakar habis.

Sementara jumlah korban tewas dibunuh Israel sudah tembus 15.000 jiwa warga sipil Palestina, beberapa pejabat Israel bahkan menyuarakan dukungan untuk rencana mengusir warga Gaza ke Gurun Sinai di Mesir. Semua ini membangkitkan kenangan tentang genosida Srebrenica, yang menyebabkan lebih dari 8.000 warga Bosnia tewas dibunuh pasukan Serbia tahun 1995.

Inilah rangkuman informasi tentang konsep genosida dan latar belakangnya, serta apakah Israel cocok dengan definisi melakukan kejahatan genosida, kejahatan perang, maupun kejahatan terhadap kemanusiaan

Bagaimana Genosida Diatur dalam Hukum Internasional?
Genosida pertama kali dimasukkan dalam dokumen internasional dengan Konvensi PBB tentang Pencegahan dan Hukuman Genosida 1948.

Pasal 2 Konvensi Genosida menyatakan, “Dalam Konvensi ini, genosida berarti salah satu dari tindakan berikut yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan, seluruhnya atau sebagian, kelompok nasional, etnis, ras atau agama, sebagai berikut: (a) Membunuh anggota kelompok tersebut; (b) Menyebabkan luka serius baik secara fisik atau mental pada anggota kelompok tersebut; (c) Secara sengaja menimbulkan kondisi kehidupan pada kelompok tersebut yang bertujuan untuk membawa kehancuran fisik kelompok tersebut, seluruhnya atau sebagian; (d) Melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah kelahiran di dalam kelompok tersebut; (e) Memindahkan paksa anak-anak kelompok tersebut ke kelompok lain.”

Baca Juga :  Tutup KTT Ke-43 ASEAN, Presiden: Mari Jadikan Indo-Pasifik Teater Perdamaian dan Inklusivitas  

Konvensi Genosida, yang menjadi dasar hukum genosida dan berlaku sejak tahun 1951, menuntut negara-negara anggota untuk mengakui genosida sebagai kejahatan dalam hukum nasional mereka dan memeriksa mereka yang melakukan kejahatan semacam itu.

Ketika kita memeriksa definisi dalam perjanjian internasional kunci untuk menilai situasi di Gaza, menjadi jelas sebagian besar yang tewas dalam serangan Israel memiliki ras, etnis, dan agama yang sama dengan warga Palestina, sementara sebagian besar mengikuti agama Isla.

Jadi, warga Palestina memenuhi definisi “kelompok” dalam konteks kejahatan genosida, dengan identitas etnis, agama, dan nasional yang sama.

Fakta bahwa upaya telah dilakukan untuk mengusir orang-orang dari kelompok nasional, agama, dan etnis lain sejak awal konflik menunjukkan warga Palestina adalah sasaran serangan.

Pertama, menurut pemerintah di Gaza, 14.532 orang, termasuk lebih dari 6.000 anak-anak dan 4.000 perempuan, tewas di Jalur Gaza) dalam serangan Israel sejak 7 Oktober, yang dianggap bisa memenuhi kondisi “membunuh anggota kelompok tersebut”.

Kedua, warga Palestina di Gaza, termasuk puluhan ribu yang terluka, dilaporkan mengalami “luka serius baik secara fisik atau mental,” yang juga termasuk dalam definisi genosida.

Ketiga, pemutusan listrik, air, makanan, dan semua kebutuhan kemanusiaan lainnya, dan pengungsian 1,5 juta orang, persis seperti definisi “secara sengaja menimbulkan kondisi kehidupan pada kelompok tersebut yang bertujuan untuk membawa kehancuran fisik kelompok tersebut, seluruhnya atau sebagian.”

 

Berita Terkait

HMI FKH USK Kritik terhadap Kebijakan Pemerintah “Memperlicin” Regulasi Impor 2 Juta Sapi
Begini Tip Akademisi Universitas Multimedia Nusantara Asal Gayo Sylviana Mirahayu Ifani Dapat Beasiswa S-3 LPDP ke Australia
Gelar Kegiatan Ketujuh, World Gayonese Community Bahas Kuliah di Australia
Review AC Samsung Terbaru Dengan Berbagai Tipe
6 Rekomendasi Jam Tangan Tissot Wanita Terbaik 2024
Irmansyah: “Pemkab di Gayo Harus Manfaatkan Kegiatan World Gayonese Community, Biar Lebih Banyak yang Studi ke Luar Negeri”
WGC Adakan Bincang Studi di Inggris, Undang Mahasiswa Gayo-Inggris Sampaikan Beasiswa Chevening, LPDP dan BPSDM Aceh
Israel Serang Masjid di Jalur Gaza, Sedikitnya 19 Orang Tewas

Berita Terkait

Sabtu, 23 November 2024 - 08:25 WIB

Muzakir Manaf : Saatnya Membangun Aceh dan Bener Meriah, Kami Satu Paket, Pilih 02

Senin, 18 November 2024 - 00:14 WIB

Fauzan Ajima Hadiri Kampanye Paslon 02, Tagore – Armia

Minggu, 17 November 2024 - 21:33 WIB

Untuk Kebaikan Bener Meriah, Tokoh Pemekaran Ajak Masyarakat Pilih TagAr

Sabtu, 16 November 2024 - 23:07 WIB

Debat Kandidat Calon Bupati Dan Wakil Bupati Bener Meriah Sempat Dihentikan.

Sabtu, 16 November 2024 - 21:48 WIB

Besok Pasangan TagAr Gelar Kampanye Dilapangan Bola Kaki Desa Belang Jorong.

Sabtu, 16 November 2024 - 21:46 WIB

Debat kandidat calon Bupati Dan Wakil Bupati Bener Meriah Sempat Terhenti.

Sabtu, 16 November 2024 - 00:12 WIB

PUSDA: Bener Meriah Akan Maju Jika Tagore Dan Armia yang Memimpin

Kamis, 14 November 2024 - 04:38 WIB

Lintas Xponen 98 Aceh; “Kemenangan Mualem – Dek Fadh Sudah di Depan Mata”

Berita Terbaru

GAYO LUES

Ketua DPRK Gayo Lues Ajak Masyarakat Sukseskan Pilkada 2024

Selasa, 26 Nov 2024 - 16:24 WIB

BANDA ACEH

Brimob Aceh Siaga Jelang Pilkada Serentak 2024

Selasa, 26 Nov 2024 - 11:05 WIB

DAERAH

HM Dadang Naser Bantah Soal Body Shaming

Selasa, 26 Nov 2024 - 10:08 WIB