Ketua GPK: Teladani Ratu Safiatuddin, Tidak Ada Larangan Perempuan Jadi Pemimpin

Redaksi Bara News

- Redaksi

Kamis, 25 Juli 2024 - 04:15 WIB

50217 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Banda Aceh – Ketua Umum Gerakan Pemuda Kota Banda Aceh, Riri Isthafa Najmi menanggapi beberapa isu hoaks yang viral di Media Sosial (Medsos) terkait isu larangan seorang perempuan yang mencalonkan diri sebagai pemimpin atau kepala daerah/negara.

Bahkan ia sangat prihatin terkait salah satu buzzer politik calon kandidat yang berani memotong atau memenggal isi ceramah pendapat ulama kharismatik untuk kepentingan politiknya; yang melarang kepemimpinan seorang perempuan, apalagi kalau maju sebagai pemimpin atau kepala daerah yang dianggap sudah berbuat dosa.

“Saya pikir, tidak ada aturan hukum dan belum ada fatwa ulama yang memang melarang seorang perempuan menjadi pemimpin. Maka sebenarnya sah-sah saja jika perempuan menjadi pemimpin atau mengepalai birokrasi, perusahaan, daerah, bahkan negara. Asalkan memang ia mampu, memiliki kualitas, serta kapabilitas yang cakap dan teruji,” ujar pria yang disapa Rifan Barsela tersebut.

ADVERTISEMENT

banner 300x250

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rifan melanjutkan, Ratu Safiatuddin misalnya, salah satu Tokoh Perempuan Aceh yang sangat berpengaruh dalam sejarah Kesultanan Aceh. Sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dan berani, ia memerintah Kesultanan Aceh kala itu dan mengalami masa kemakmuran dan stabilitas ekonomi dan politik. Juga menjadikan Kesultanan Aceh sebagai pusat perdagangan dan kebudayaan di wilayah Asia Tenggara.

Ia adalah putri dari Sultan Iskandar Muda, salah satu sultan terbesar dalam sejarah Aceh. Dengan dukungan para bangsawan dan ulama, Ratu Safiatuddin berhasil memantapkan posisinya sebagai pemimpin perempuan terhebat kala itu.

“Dari berbagai literatur kita baca dan dengar, bahwa Ratu Safiatuddin dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan cerdas. Pendidikan yang ia terima sangat lengkap. Mencakup ilmu agama, sastra, dan strategi pemerintahan, yang menjadikannya menjadi pemimpin perempuan hebat, pada masa itu,” ujar Rifan Barsela.

Ratu Safiatuddin memerintah selama lebih dari tiga dekade. Masa kepemimpinannya dianggap sebagai salah satu periode keemasan dalam sejarah Kesultanan Aceh. Ia berhasil menjaga stabilitas politik internal dan memperkuat posisi Aceh sebagai kekuatan maritim dan pusat perdagangan dan kebudayaan Islam di Asia Tenggara.

Di bawah kebijakan kepemimpinannya, Aceh terus menjadi pusat perdagangan penting. Ia menjalin hubungan diplomatik dan kerja sama dagang dengan berbagai negara seperti Turki, India, Iran, dan berbagai kerajaan besar di Nusantara.

“Di bidang pendidikan misalnya, Ratu Safiatuddin juga fokus pada pendidikan dan agama. Ia juga memperhatikan pendidikan dan pengajaran agama Islam. Banyak ulama besar yang diundang ke Aceh untuk mengajar dan memberikan pencerahan kepada masyarakat,” ungkap Rifan.

Selain itu, Pembangunan Infrastruktur. Safiatuddin berfokus pada pembangunan infrastruktur. Termasuk memperbaiki pelabuhan dan membangun fasilitas umum yang mendukung aktivitas perdagangan dan kesejahteraan masyarakat.

“Ratu Safiatuddin adalah tokoh perempuan yang luar biasa dalam sejarah Aceh dan Indonesia. Kepemimpinannya yang bijaksana, kebijakannya yang progresif, dan keberaniannya dalam menghadapi tantangan yang mampu menjaga stabilitas menjadikannya salah satu pahlawan yang patut dihormati dan diingat oleh bangsa dan rakyat Aceh,” ujar Rifan.

Selain itu, keberhasilannya sebagai kepemimpinan perempuan telah menginspirasi banyak generasi hebat berikutnya. Menunjukkan bahwa kepemimpinan perempuan juga memiliki andil dan kapasitas untuk memimpin dan membawa perubahan positif bagi perubahan suatu daerah, bangsa, dan negara.

“Sebagai pemimpin wanita yang sukses dalam karir yang cemerlang pada saat itu, ia telah membuka jalan bagi banyak kepemimpinan perempuan lainnya untuk berani mengambil peran penting dalam berbagai bidang kehidupan. Baik dari segi ekonomi, sosial, bahkan politik,” tutup Rifan.

Ratu Safiatuddin meninggal pada tahun 1675, meninggalkan warisan yang kuat dan berpengaruh. Setelah wafatnya, Aceh menghadapi berbagai tantangan dan ekosistem baru. Namun kepemimpinan dan kebijaksanaannya tetap dikenang sebagai bagian dari sejarah gemilang Aceh pada masa lalu.

Peninggalannya bukan hanya berupa kebijakan dan pembangunan. Tetapi juga sebagai simbol perjuangan dan kemampuan stabilitas kepemimpinan perempuan dalam dunia pemerintahan, perdagangan, dan politik.

Berita Terkait

Wabup Bener Meriah Ir. Armia Serahkan LKPD TA 2024 Pada BPK-RI Perwakilan Aceh.
Jelang Perayaan Idulfitri, Maxim Berikan Bantuan Sembako Kepada Mitra Pengemudi Yang Membutuhkan Di Banda Aceh
Terobosan Baru FDM, Gelar Program Syiar Milenial di Bulan Ramadan
Kanwil Bea Cukai Aceh Perkuat Komitmen Pengarusutamaan Gender di Lingkungan Kerja
Polemik UU TNI Dilihat Secara Objektif, Mantan Panglima GAM Sayed Mustafa Angkat Bicara
Ketua Influencer Badan Pemenangan Aceh, Tarmizi AGe, Dukung Gekrafs Aceh Dorong Pembentukan Dinas Ekonomi Kreatif
Kami Rakyat Aceh Protes Harga Tiket Pesawat Mahal
Polda Aceh Perlombakan Call Center 110: Upaya Memotivasi Operator agar Makin Responsif

Berita Terkait

Kamis, 27 Maret 2025 - 15:10 WIB

CERI Apresiasi Pimpinan DPR dan Komisi 3 Cepat Respon Laporan Masyarakat

Minggu, 23 Maret 2025 - 02:21 WIB

Telkomsel Bungkam Soal Dugaan KTP Ganda Seorang Direkturnya, CERI: Pekan Depan Kami Laporkan ke Polda Metro Jaya

Jumat, 21 Maret 2025 - 03:25 WIB

Temukan Sejumlah Kejanggalan, Telkomsel Tak Kunjung Respon Konfirmasi CERI

Kamis, 20 Maret 2025 - 17:41 WIB

Laskar Merah Putih Siap Mendukung Dan Mensukseskan Program Pemerintah Presiden Prabowo – Gibran, Wujudkan Indonesia Emas 2045

Rabu, 19 Maret 2025 - 15:42 WIB

Kakanwil BPN Kepri Nurus Sholichin Dampingi Menko AHY, Menteri Iftitah Sulaiman dan Wamen Ossy Dermawan Dalam Penyerahan Sertipikat HM di Rempang Batam

Selasa, 18 Maret 2025 - 04:18 WIB

Mantan Direktur Kilang Pertamina Buka Suara, Uraikan Takaran Ambisi Kilang 1 Juta Barel Menteri ESDM

Senin, 17 Maret 2025 - 23:06 WIB

Buka Puasa TNI-Polri, Perkuat Soliditas dan Pertebal Keimanan

Minggu, 16 Maret 2025 - 02:13 WIB

Presiden Disarankan Non Aktifkan Erick Tohir Sebagai Menteri BUMN

Berita Terbaru