KUTACANE | Bupati Aceh Tenggara, Salim Fakhry, menunjukkan respons luar biasa cepat dan langkah tegas dalam menyikapi keresahan mendalam yang dirasakan masyarakatnya terkait kemunculan harimau di wilayah perkebunan. Fokus utama Bupati adalah memastikan keamanan dan kenyamanan warga, terutama setelah serangkaian insiden kehilangan ternak akibat serangan predator tersebut.
Keresahan ini bermula dari laporan yang disampaikan langsung oleh Ridwan, yang akrab disapa Iwan, seorang peternak sapi dari Desa Gulo, Kecamatan Darul Hasanah. Dengan nada khawatir, Iwan menceritakan kerugian besar yang ia alami akibat sejumlah sapi miliknya menjadi korban amukan harimau. “Cepat sigap terkait kejadian ini, saya langsung menyampaikan kepada Bapak Bupati. Terima kasih banyak kepada Bapak Bupati Salim Fakhry yang telah merespon begitu cepat keluhan dan keresahan warga terkait keberadaan harimau di perkebunan kami,” ujar Iwan kepada awak media pada Rabu, 11 Juni 2025. Ia juga menambahkan bahwa berkat respons cepat tersebut, petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) telah dikerahkan untuk melakukan patroli intensif dan berupaya mengusir harimau kembali ke habitat aslinya.
Mendengar laporan yang mengkhawatirkan tersebut, Bupati Salim Fakhry tidak membuang waktu. Ia segera mengambil inisiatif dengan menghubungi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh dan pihak kementerian terkait di pusat. Permintaan tegas dilayangkan agar segera diambil langkah-langkah konkret guna mencegah eskalasi konflik antara harimau sumatera, yang merupakan satwa dilindungi, dengan masyarakat setempat.
“Baru saja saya telepon pihak BKSDA Aceh dan juga Kementerian terkait untuk segera mengambil langkah agar kenyamanan masyarakat yang berkebun di daerah itu tidak lagi merasa resah. Untuk sementara ini, kami meminta seluruh masyarakat di sekitar lokasi kejadian untuk tetap meningkatkan kewaspadaan,” tegas Bupati Salim Fakhry, menunjukkan komitmennya terhadap keselamatan warga.
Bupati Fakhry mengakui sepenuhnya bahwa ia telah menerima banyak keluhan dari warga terkait dugaan harimau yang berkeliaran di area perkebunan mereka. Meskipun demikian, ia terus menghimbau agar masyarakat tetap berhati-hati dan waspada saat melakukan aktivitas di area-area yang dilaporkan menjadi lokasi kemunculan harimau.
“Segala keluhan yang disampaikan oleh masyarakat telah kita sampaikan kepada Kepala BKSDA Aceh, bahkan hingga ke Kementerian di tingkat pusat. Informasi terkini yang kami terima adalah sejumlah petugas sudah melakukan patroli secara menyeluruh di areal perkebunan Kecamatan Darul Hasanah untuk mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang kembali,” jelas Bupati Salim Fakhry, menunjukkan koordinasi yang kuat antara pemerintah daerah dan pusat dalam menangani masalah ini.
Insiden terbaru yang memicu keresahan ini adalah penemuan seekor sapi berukuran sedang yang mati secara mengenaskan di areal perkebunan milik warga Mendabe, Kecamatan Darul Hasanah, pada Minggu pagi, 8 Juni 2025. Sapi milik Iwan tersebut ditemukan dengan kondisi mengenaskan, penuh luka cakaran di bagian punggung, perut terburai, dan luka parah di paha belakang, yang dengan jelas mengindikasikan serangan binatang buas jenis harimau sumatera. Lokasi penemuan bangkai sapi ini hanya berjarak sekitar 300 meter dari perkampungan warga, menambah tingkat kekhawatiran masyarakat.
Iwan juga menambahkan bahwa sebelum kejadian nahas itu, ia memang melepas sejumlah sapinya untuk merumput di areal perkebunan warga, yang lokasinya tidak jauh dari batas Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). TNGL sendiri dikenal sebagai habitat alami bagi berbagai jenis satwa liar, termasuk harimau sumatera. (red)