BANDA ACEH – Aceh memiliki memori besar terhadap bencana yang memilukan yaitu tsunami. Apabila memori tersebut hilang maka memori kewaspadaan terhadap bencana juga terlupakan.
Maka langkah siaganya, tidak hanya mengenang namun saling berbagi pengalaman bencana sebagai cara agar kita mampu selamat, bertahan dan bangkit akibat dampak bencana.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh melalui UPTD Museum Tsunami Aceh mempersembahkan “Pentas Teatrikal Smong” yang mengangkat kisah tentang tsunami (smong) yang merupakan budaya lokal dari suatu daerah di Aceh yaitu kabupaten Simeulue, Sabtu, 14 Desember 2024 di Amphitheater setempat.
Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh, M Syahputra AZ, mengatakan kegiatan ini bukan hanya sebagai pengingat bencana alam, tetapi juga sebagai bagian dari sejarah budaya.
“Pentas ini tidak hanya bertujuan untuk mengenang peristiwa yang memilukan, namun juga untuk mengekspresikan perjuangan dan kekuatan batin masyarakat yang terdampak tsunami, yang dengan penuh semangat berusaha bangkit dan membangun kembali kehidupan pasca bencana,” katanya.
Pemerintah Aceh melalui museum tsunami terus berupaya untuk menjaga dan melestarikan kesenian sebagai bagian dari budaya bencana.
Kesenian, sambung Syahputra, memiliki peran yang sangat penting dalam mengolah perasaan, menyampaikan pesan, dan mendokumentasikan sejarah, sehingga kita dapat belajar dan mengingat dengan cara yang lebih mendalam dan menyentuh hati.
“Dengan pentas teatrikal ini, kami berharap dapat mengajak seluruh masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih memahami dan menghargai nilai-nilai budaya yang terbentuk dari peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah kita,” harapnya.
Kepala Seksi Edukasi dan Reprarasi UPTD Museum Tsunami Aceh Abdul Lathief menambahkan, kesenian adalah cerminan dari kehidupan kita, dan melalui seni, kita bisa mengingat, melestarikan, serta menghidupkan kembali semangat untuk terus maju, meski dari kesulitan dan penderitaan.
“Pelestarian budaya smong dan penyebarluasan tradisi ini merupakan upaya penting untuk membangun masyarakat yang lebih tanggap terhadap bencana,” tuturnya.
Lathief juga menjelaskan tradisi smong mengajarkan kita bahwa pengetahuan lokal yang diwariskan turun-temurun memiliki nilai yang sangat penting dalam menghadapi bencana, dan ini harus terus dijaga dan diperkenalkan kepada generasi berikutnya.
“Semoga upaya ini dapat terus berkembang, dan budaya smong dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam memanfaatkan kearifan lokal untuk memperkuat kesiapsiagaan bencana,” pungkasnya.