Bener Meriah Baranewsaceh.co | Angka prevalensi stunting di Kabupaten Bener Meriah selama tiga tahun terakhir cenderung menurun. Penurunan angka stunting di daerah penghasil kopi itu, lantaran adanya dukungan dari berbagai pihak serta dilakukannya kolaborasi antar lembaga.
Dibandingkan dengan tahun 2022, prevalensi stunting mencapai angka 17,14 persen. Dan memasuki tahun 2023, prevalensi stunting mencapai 10,74 persen. “Percepatan penuruna stunting juga menjadi fokus Pemkab Bener Meriah,” kata Kabid Perencanaan Pembangunan Keistimewaan Aceh dan SDM, Bappeda Bener Meriah, Yeni Maya Safira, SE., M.Si Selasa (19/9/2023).
Disebutkan, beberapa faktor keberhasilan dalam penurunan prevalensi stunting diataranya adanya dukungan dalam perencanaan serta penganggaran setiap tahunnya. “Dengan banyaknya program di setiap bidang, maka perlahan-lahan percepatan stunting dari tahun ke tahun mulai menurun,” sebutnya.
Menurutnya, hampir setiap instansi pemerintah di Kabupaten Bener Meriah, terlibat dalam upaya penurunan stunting, mulai dari sekretariat daerah, Bappeda, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Dinas Sosial, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung.
Selanjutnya, ada Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS). “Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam,” jelas Yeni.
Pengaruh lainnya, lanjut Yeni, pola asuh yang kurang baik, terutama pada aspek perilaku, praktik pemberian makan bagi bayi dan Balita. “Ada juga karena rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih,” lanjutnya.
Secara administrasi, Kabupaten Bener Meriah memiliki 10 kecamatan yakni Kecamatan Pintu Rime Gayo, Gajah Putih, Timang Gajah, Wih Pesam, Bukit, Bandar, Bener Kelipah, Permata, Mesidah dan Kecamatan Syiah Utama.
“Berdasarkan data e–PPGBM, perkembangan prevalensi stunting per kecamatan juga terjadi penurunan sejak tiga tahun terakhir. Terdapat beberapa kecamatan yang angka prevalensi stuntingnya mengalami penurunan, dan ada beberapa kecamatan yang mengalami peningkatan,” jelasnya.
Dijelaskan, data e-PPGBM diambil sebagai data prevalensi stunting disebabkan data ini berdasarkan name by address dan bisa diambil secara realtime. “Kelemahan data ini, akan akurat atau valid jika balita yang di entry minimal 80%,. Namun di Kabupaten Bener Meriah per bulan agustus 2023 capaian inputan datanya sudah 95%,” jelasnya.
Disebutkan, faktor determinan terhadap balita stunting di Kabupaten Bener Meriah disebabkan adanya aggota rumah tangga yang merokok, tidak memiliki jamban sehat, tidak memiliki air bersih, riwayat ibu hamil dan juga penyakit penyerta pada balita.
“Perubahan perilaku dapat dilakukan dengan konseling atau penyuluhan bahaya merokok di rumah tangga yang mempunyai ibu hamil dan balita. dampak stunting yang disebabkan resiko terpapar asap rokok, serta perubahan prilaku untuk tidak buang air besar sembarangan,” sebut Yeni.
Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah. Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. (Ril)