Aceh Kena Tipu? Dua Dekade MoU Helsinki, Rakyat Masih Menunggu Janji yang Tak Usai

Redaksi Bara News

- Redaksi

Kamis, 19 Juni 2025 - 22:29 WIB

50102 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Banda Aceh Dua dekade telah berlalu sejak penandatanganan Nota Kesepahaman Helsinki (MoU Helsinki) antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 15 Agustus 2005. Namun, menjelang peringatan 20 tahun perdamaian Aceh, suara-suara kritis kembali menggema. Kali ini datang dari Tarmizi Age, salah satu pemerhati Aceh yang dengan tegas mempertanyakan sejauh mana janji-janji dalam MoU itu benar-benar terwujud.

“Apa yang sebenarnya dikerjakan oleh Wali Nanggroe, Pemerintah Aceh, DPRA, dan para mantan tim perunding MoU Helsinki?” tanya Tarmizi dalam pernyataan terbukanya, Kamis (19/6/2025). Ia menyebutkan bahwa selama hampir 20 tahun, realisasi isi kesepakatan damai justru mandek dan minim dampak terhadap hak-hak rakyat Aceh yang diperjuangkan melalui jalur dialog dan perundingan internasional itu.

Menurut Tarmizi, MoU yang dahulu ditandatangani dengan semangat tinggi dan harapan besar, kini justru menjadi bahan olok-olok di tengah masyarakat Aceh. “Seolah-olah Aceh hanya dijadikan panggung diplomatik sesaat. Janji-janji dalam MoU gagal diimplementasikan secara nyata. Apakah Aceh kena tipu?” lontarnya tajam.

Kekecewaan paling mendasar menurutnya terletak pada sejumlah poin kunci yang hingga kini belum dituntaskan. Mulai dari status dan pengakuan simbol Bendera Aceh, kejelasan tentang batas wilayah Aceh, hingga pembagian hasil sumber daya alam 70:30 yang hingga kini masih menjadi teka-teki dan polemik tak berujung.

“Sudah 20 tahun berlalu, tapi bendera Aceh pun tak kunjung selesai. Apalagi soal batas Aceh dan hasil alam. Ini semua memalukan. MoU Helsinki seharusnya menjadi tonggak kedaulatan Aceh dalam bingkai Republik, bukan sekadar arsip sejarah tanpa makna,” tegas Tarmizi.

Ia juga mengkritik keras elite politik lokal yang menurutnya abai terhadap nasib rakyat. “Rakyat menjerit meminta kejelasan, dari pesisir hingga pegunungan, tapi pemimpin justru sibuk menikmati anggaran. Mereka nyaman, rakyat menderita. Ini sungguh ironi. 20 tahun damai, tapi implementasi MoU masih nol besar,” ungkapnya.

Nada serupa disampaikan Mukarram, eks kombatan GAM yang kini menetap di Denmark. Ia menyebut bahwa kegagalan pelaksanaan MoU merupakan bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan dan darah yang tumpah dalam konflik selama puluhan tahun. “Aceh ditipu? Kita tidak tahu siapa yang menipu, tapi yang jelas rakyat Aceh belum menerima hak-haknya sesuai yang dijanjikan di Helsinki. Ini kemunafikan, dan kita harus jujur mengakuinya,” kata Mukarram.

Pernyataan kritis ini mencerminkan kegelisahan yang masih membekas di tengah masyarakat Aceh. Harapan besar yang dulu disematkan pada MoU Helsinki kini berbalik menjadi keraguan dan kemarahan atas ketidakjelasan pelaksanaannya. Di tengah bayang-bayang peringatan 20 tahun perdamaian, suara dari akar rumput menuntut kejujuran, evaluasi total, dan tindakan nyata.

Pertanyaannya kini: Apakah MoU Helsinki akan terus menjadi dokumen mati? Ataukah para pemimpin akan menjawab amanah sejarah ini dengan keberanian dan integritas?

Rakyat Aceh, yang telah lama bersabar, kini menanti. []

Berita Terkait

Bener Meriah Raih Penghargaan Kabupaten/Kota Terbaik se-Aceh dalam Implementasi SRIKANDI
Buruh Tertindas, HGU Ilegal, dan Limbah Merajalela: Gubernur Aceh Harus Bertindak Tegas!
Alumni SMK Muhammadiyah Banda Aceh Ciptakan Inovasi Mesin Air Isi Ulang Otomatis “Mamo Smart”
Pungutan Jutaan Berkedok Sumbangan, SAPA: Ini Harus Diusut dan Komite Dibubarkan
Pernyataan Dirjen Kemendagri Dinilai Lukai Aceh, SEMMI Desak Klarifikasi hingga Sanksi Adat
Polwan Brimob Polda Aceh Bripda Mentari Ukir Prestasi Nasional: Raih Juara II Karate Piala Kapolri 2025, Harumkan Nama Aceh di Pentas Bhayangkara
Kapolda Aceh Ikuti Upacara Pemuliaan Nilai-Nilai Luhur Tribrata Secara Virtual Bersama Kapolri
Upacara Pemuliaan Nilai-Nilai Tribrata, Kapolda Aceh Pimpin Penyucian Pataka “Machdum Sakti”

Berita Terkait

Jumat, 20 Juni 2025 - 01:21 WIB

Bupati Gayo Lues Sampaikan Aspirasi Warga Terkait Plang TNGL kepada Menteri Kehutanan dan Dubes Inggris

Jumat, 20 Juni 2025 - 00:36 WIB

Warga Resah Akibat Plang Kawasan Hutan, Bupati Gayo Lues Lakukan Lobi ke Pemerintah Pusat dan Provinsi

Jumat, 20 Juni 2025 - 00:29 WIB

Permukiman Warga Dipasang Plang TNGL, Bupati Gayo Lues Suhaidi Gerak Cepat Sampaikan ke Menteri Kehutanan, Dubes Inggris, dan Gubernur Aceh

Jumat, 20 Juni 2025 - 00:11 WIB

Pemkab Gayo Lues Adakan Rapat Evaluasi Realisasi PAD, Guna Menunjang Perekonomian Kabupaten

Kamis, 19 Juni 2025 - 23:57 WIB

Mahasiswa KKN USAM Hadirkan Keceriaan di Kampung Bemem Lewat Lomba Tradisional Bersama Siswa SD Negeri 8 Blangkejeren

Kamis, 19 Juni 2025 - 22:13 WIB

Kekacauan Birokrasi Mengemuka di Gayo Lues, Ketua Komisi I DPRK Desak Evaluasi Menyeluruh

Kamis, 19 Juni 2025 - 19:14 WIB

AKBP Hyrowo Gaungkan Semangat “Polri Untuk Masyarakat” Lewat Kegiatan Sosial Humanis di Hari Bhayangkara ke-79 Gayo Lues

Kamis, 19 Juni 2025 - 17:49 WIB

Polres Gayo Lues Gelar Anjangsana, Pererat Silaturahmi dan Penghargaan untuk Purnawirawan dan Warakauri di HUT Bhayangkara ke-79

Berita Terbaru