Blangkejeren – Pemerintah Kabupaten Gayo Lues memperlihatkan sikap terbuka dalam menyikapi dinamika mahasiswa. Bupati Gayo Lues bersama Wakil Bupati, Kapolres, serta sejumlah pimpinan Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) menerima langsung aksi mahasiswa Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang berlangsung di Pendopo Bupati, Selasa (26/8/2025).
Dalam pertemuan itu, Bupati menyatakan komitmennya menampung seluruh aspirasi mahasiswa. Ia menegaskan sebagian tuntutan yang disampaikan telah terakomodasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Gayo Lues, sementara hal-hal lain yang belum tercantum akan segera dipertimbangkan dan disesuaikan dengan arah kebijakan daerah.
“Pemerintah Kabupaten siap membuka ruang diskusi dengan mahasiswa, minimal setiap triwulan sekali, atau kapan pun waktunya memungkinkan, demi membahas isu-isu penting di Gayo Lues,” ujar Bupati di hadapan peserta aksi. Menurutnya, keberanian mahasiswa menyuarakan kebutuhan masyarakat adalah energi positif yang perlu terus dijaga, sebab hal itu menjadi pengingat agar pemerintah tetap berpijak pada realitas yang dihadapi warga.
Ia juga mengapresiasi cara mahasiswa menyampaikan aspirasi dengan damai. “Mahasiswa adalah bagian penting dalam proses pembangunan. Kritik, saran, bahkan tuntutan yang disampaikan, pada hakikatnya membantu pemerintah untuk bekerja lebih tepat sasaran,” tambahnya.
Sikap terbuka itu turut diapresiasi aparat keamanan. Kapolres Gayo Lues menilai, komitmen Bupati memberi ruang bagi mahasiswa menunjukkan keseriusan pemerintah daerah membangun komunikasi konstruktif. Ia bahkan menyebutkan, sehari sebelumnya Bupati masih berada di Jakarta, namun tetap memilih segera kembali ke Blangkejeren agar bisa menyambut mahasiswa secara langsung. “Beliau langsung pulang tadi malam demi menyambut mahasiswa. Itu menunjukkan komitmen yang besar,” kata Kapolres.
Kapolres juga memuji sikap mahasiswa PSDKU Unsyiah yang menyalurkan aspirasi dengan cara-cara kondusif. Aksi yang berlangsung tanpa kekerasan dan lebih menonjolkan dialog, menurutnya, patut menjadi teladan. “Inilah bentuk kedewasaan mahasiswa yang kita harapkan. Aspirasi disampaikan secara terbuka, pemerintah menyimak, dan aparat mengawal agar suasana tetap aman,” ucapnya.
Pertemuan di pendopo itu akhirnya menjadi ruang yang mempertemukan tiga elemen penting: mahasiswa sebagai penyampai suara rakyat, pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan, serta aparat keamanan sebagai penjaga ketertiban. Sinergi tersebut diharapkan menjadi titik awal komunikasi yang lebih rutin, terbuka, dan produktif bagi pembangunan Gayo Lues ke depan. (RED)