BARANEWS | Diaspora Indonesia-Inggris sekaligus Anggota Muslim Cultural Welfare Association of Sutton, London, Inggris, Yusradi Usman al-Gayoni, menekankan perlunya lompatan-lompatan kemajuan yang mesti dilakukan orang Gayo dalam diskusi “Gayo Maju, Belajar dari Negara Maju” yang digelar Silaturahmi Kite Gayo (SKG) secara daring melalalui platform Zoom Meeting. “Melihat bagaimana masyarakat dan kemajuan di Inggris, yang sudah lama memulai kemajuan, kita, orang Gayo, mesti melakukan lompatan-lompatan kemajuan, mulai dari pola pikir dan kebiasaan yang membentuk budaya dan karakter, baik pribadi, keluarga, lingkungan, dan masyarakat maupun pemerintah,” kata Yusradi Usman al-Gayoni, dalam diskusi yang berlangsung 1 jam, mulai pukul 20:00-21:00 WIB dan dimoderatori inisiator Silaturahmi Kite Gayo, Mustafa Alamy, Minggu malam (24/12/2023)
Dilanjutkan anggota Tim Pengembangan Kawasan Dataran Tinggi Gayo Alas (Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan Bener Meriah) Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa, dan Kawasan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) (2018-2024) itu, Gayo sudah punya modal ke arah sana. “Kita mengenal cerdik, lisik, bidik, dan mersik. Kita juga punya konsep ringen tulen dan tergolong masyarakat perantau. Tambah, ajaran Islam yang sempurna. Tinggal, bagaimana dimaksimalkan untuk kemajuan, yang dimulai dari diri, keluarga, lingkungan, dan masyarakat,” sebutnya, sambil menambahkan, “Akibatnya, makin banyak orang Gayo yang kuliah, magang, kerja, bahkan yang tinggal di luar negeri, khususnya Inggris. Di Inggris, sementara, yang sudah terdata, ada 10 orang Gayo, dari 9000-an orang Indonesia. Pastinya, ini (sumber daya manusia) yang mesti disiapkan, mulai dari bahasa Inggris, menyiapkan proposal penelitian, tes bahasa Inggris, visa, sampai paspor, bagi yang targetnya kuliah. Tambah, keterampilan lainnya untuk yang kerja,” tuturnya.
Sementara itu, sambungnya, dari sisi pemerintah, pemerintah daerah di Gayo-Alas, perlu menyiapkan pembekalan khusus dan beasiswa. “Pelajar SMA sederajat yang kelas X-XII sekarang, bagaimana bisa mulai S-1 ke luar negeri, melalui beasiswa. Tambah, bisa masuk kampus top 10 Indonesia, kampus kedinasan, AKPOL, dan AKMIL. Juga, menyiapkan beasiswa, sampai S-3 dan membekali persiapan beasiswa tadi. Ini untuk kemajuan Gayo 20-30 tahun ke depan. Mesti mulai dari sekarang,” tegasnya.
Di samping menekankan lompatan-lompatan kemajuan yang mesti dilakukan dan konsep-konsep kemajuan yang dimiliki orang Gayo, Yusradi juga menggambarkan kebiasaan masyarakat Inggris seperti jalan kaki, menghargai waktu, disiplin, tidak menunda-nunda pekerjaan, membaca, bicara seperlunya/to the point, bersih, menghargai pejalan kaki, orang tua, perempuan hamil, anak-anak, ramah terhadap burung. Termasuk, menggambarkan kemajuan pendidikan, tata dan kebersihan kota, infrastruktur, kesehatan, transportasi, dan peluang kerja di Inggris.