Bener Meriah, Baranews — Upaya menumbuhkan budaya literasi sejak usia dini terus dilakukan oleh berbagai kalangan, salah satunya oleh mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh yang tengah melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik literasi di Kampung Reje Guru, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, Aceh. Melalui pengabdian kepada masyarakat, para mahasiswa menggelar berbagai kegiatan literasi yang tidak hanya mendidik, tetapi juga dirancang agar menyenangkan dan mampu menarik minat anak-anak terhadap dunia membaca.
Kegiatan yang digelar mencakup sejumlah aktivitas seperti “Bacakan Saya Buku”, membaca nyaring secara bergantian, diskusi buku dalam program Cerdas Mengulas Buku (CMB), menulis cerita, hingga membuat proyek kreatif berdasarkan buku bacaan. Pendekatan ini terbukti efektif untuk menarik perhatian dan antusiasme anak-anak, yang terlihat sangat bersemangat ketika cerita-cerita menarik dibacakan dan ketika mereka diminta untuk membaca dengan suara lantang di depan teman-teman mereka.
Sahidan Tirmiara (22), Ketua Tim KKN Tematik Literasi Kampung Reje Guru, menyampaikan bahwa kegiatan ini dirancang untuk membentuk kebiasaan positif sejak dini dengan menghadirkan suasana membaca yang tidak kaku dan penuh tekanan, melainkan menyenangkan dan mendorong kreativitas. Ia menuturkan bahwa anak-anak tampak menikmati saat-saat membaca bersama, lalu dilanjutkan dengan diskusi kritis dalam sesi CMB yang mendorong mereka untuk mengutarakan pendapat tentang isi cerita yang dibaca.
Tidak hanya berhenti di membaca dan berdiskusi, anak-anak juga diajak mengekspresikan imajinasi mereka dalam bentuk tulisan dan proyek kreatif. Sejumlah peserta menulis cerita mereka sendiri dengan tokoh dan alur cerita yang mereka ciptakan. Bahkan ada yang membuat miniatur dari adegan favorit dalam buku yang mereka baca, menggambar karakter, hingga menampilkan pertunjukan sederhana yang menggambarkan isi cerita. Pendekatan ini tidak hanya mengasah daya pikir dan kreativitas, tetapi juga menanamkan keberanian untuk tampil dan berbagi gagasan.
Menurut Sahidan, melalui kegiatan ini mereka ingin menanamkan kesadaran bahwa membaca bukanlah sebuah kewajiban yang membosankan, melainkan jendela yang membuka jalan menuju pengetahuan, imajinasi, dan kreativitas. Ia berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi pemantik bagi tumbuhnya generasi muda yang tidak hanya gemar membaca, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis serta dapat menuangkan ide dan gagasan mereka ke dalam bentuk karya tulis maupun visual.
Di tengah tantangan digitalisasi dan dominasi gawai yang kerap menjauhkan anak-anak dari buku, inisiatif semacam ini menjadi sangat relevan dan mendesak. Literasi bukan hanya soal kemampuan membaca, tetapi lebih jauh lagi, tentang kemampuan memahami, berpikir, dan mencipta. Membangun generasi pembaca sejak usia dini berarti juga membangun pondasi masa depan yang lebih cerah. Harapannya, kegiatan serupa dapat terus dikembangkan dan melibatkan lebih banyak pihak, agar semangat literasi dapat menyala di setiap kampung, sekolah, dan ruang keluarga di seluruh penjuru negeri. (Dani)