Aceh Jaya : Seiring dengan berkembangnya tren pemasaran digital di era global, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Universitas Teuku Umar (UTU) berupaya membantu petani lokal agar tak tertinggal dari perubahan zaman. Melalui Pelatihan Pengemasan dan Pemasaran Digital, UTU melatih petani kopi dari Kelompok Tani Hutan (KTH) Jekoni di Desa Sabet, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, pada 15–16 November 2025.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM-PPM) bertema “Pemberdayaan KTH Jekoni dalam Pengembangan Agroforestri Kopi Robusta Berbasis Perhutanan Sosial melalui Peningkatan Kualitas dan Pemasaran Digital.” Program ini didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) Republik Indonesia tahun 2025.
Ketua Tim PKM, Ir. Rusdi Faidzin, M.Si, yang juga Dekan Fakultas Pertanian UTU, menjelaskan bahwa pelatihan ini dirancang untuk menjawab tantangan baru dalam dunia pemasaran kopi.
“Sekarang bukan zamannya lagi menjual produk hanya di pasar tradisional. Konsumen mencari kopi lewat media sosial, marketplace, dan toko online. Kami ingin petani Aceh Jaya bisa mengikuti tren marketing global itu,” ujar Rusdi saat dikonfirmasi pada Rabu, 12 November 2025

Selama pelatihan, peserta belajar tentang desain kemasan modern, pembuatan label yang menarik dan informatif, strategi membangun merek (branding), serta penggunaan media sosial dan e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Instagram untuk memperluas jangkauan pasar.
Menurut Rusdi, kemasan yang menarik dan promosi digital yang efektif kini menjadi kunci dalam memenangkan pasar.
“Kopi robusta Aceh Jaya sudah punya cita rasa khas dan kualitas premium. Tinggal bagaimana kita menyesuaikan tampilannya dengan selera pasar modern dan memasarkan produk lewat kanal digital yang sedang naik daun,” tambahnya.
Sementara itu, Banta Diman, S.Sos.I., M.Si dari Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Pelita Nusantara (STIAPEN) Nagan Raya, yang juga anggota tim PKM, mengatakan bahwa pelatihan ini juga menekankan pentingnya storytelling dalam marketing digital, sesuai tren global yang mengedepankan narasi dan identitas produk.
“Konsumen internasional sekarang tidak hanya membeli produk, tapi juga membeli cerita di baliknya. Kopi robusta Aceh Jaya punya nilai budaya dan sejarah lokal yang bisa diangkat menjadi daya tarik. Dengan pendekatan digital marketing yang kreatif, kopi kita bisa bersaing di pasar global,” ujar Banta.
Ia menambahkan bahwa pelatihan ini membantu petani memahami bagaimana branding, kemasan, dan pemasaran digital saling terhubung untuk membangun citra produk yang kuat.
“Kalau dulu petani hanya berpikir soal hasil panen, sekarang mereka juga harus berpikir soal bagaimana menjualnya. Tren dunia sedang mengarah ke pemasaran digital yang visual, cepat, dan berbasis cerita, ini peluang besar bagi kopi robusta sabet dikenal secara global,” tambahnya.
Selain Banta Diman, kegiatan ini juga melibatkan Maulidil Fajri, S.P., M.Si dari Fakultas Pertanian UTU, yang mendampingi peserta dalam aspek pengendalian mutu dan standar pascapanen agar kopi yang dipasarkan secara digital tetap memiliki kualitas premium sesuai permintaan konsumen internasional.
Melalui pelatihan tersebut, tim PKM menegaskan komitmennya dalam menghubungkan potensi lokal dengan tren global, khususnya melalui digital marketing dan inovasi produk. Harapannya, kopi robusta Aceh Jaya tidak hanya menjadi kebanggaan daerah, tetapi juga ikon kopi premium Indonesia yang mampu menembus pasar nasional hingga internasional.
“Kita sedang berada di era pemasaran digital yang menuntut kreativitas dan kecepatan. Dengan bekal ini, kami yakin petani Aceh Jaya siap bertransformasi mengikuti tren marketing global,” tutup Banta Diman.(Red)














































