”Embarkasi ini adalah bandara pusat HAJI dan UMROH INDONESIA dan lahan tersedia 1500ha di daerah Blangbintang sampai dengan Krueng Raya”
Banda Aceh – Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem) dan Fadhullah (Dek Fad), telah menyampaikan rencana besar untuk mengembalikan kejayaan Aceh sebagai pusat manasik haji. Dalam visi dan misinya, pasangan ini menargetkan pembangunan Syiah Kuala Islamic Center sebagai pusat penyelenggaraan manasik haji terbesar di Asia Tenggara.
T. Iskandar Daud, mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) yang mendukung Mualem-Dek Fad, menjelaskan bahwa pembangunan Islamic Center ini akan menjadi daya tarik besar. Menurutnya, Aceh memiliki lokasi geografis strategis yang memungkinkan embarkasi haji di Aceh menjadi lebih efisien dan menghemat waktu perjalanan calon jemaah menuju Arab Saudi.
Pembangunan Syiah Kuala Islamic Center diharapkan tidak hanya melayani masyarakat Aceh, tetapi juga seluruh Nusantara dan Asia Tenggara. Dengan fasilitas yang lengkap, Islamic Center ini akan menyediakan pelayanan manasik haji dan umrah yang terpadu. Mualem-Dek Fad menginginkan Aceh menjadi pilihan utama untuk manasik haji bagi calon jemaah dari berbagai negara tetangga.
Pasangan ini mengusung visi “Aceh Islami, Maju, Bermartabat, dan Berkelanjutan” dalam Pilkada Aceh 2024. Mualem dan Dek Fad menyatakan bahwa penguatan keislaman adalah dasar dari setiap program yang akan dijalankan, termasuk melalui pengembangan fasilitas ibadah, pusat pendidikan Al-Quran, serta kegiatan sosial berbasis zakat dan sedekah.
Terkait dengan konsep Aceh yang Islami, Mualem-Dek Fad merencanakan program-program penting lainnya, seperti penataan Masjid Raya Baiturrahman sebagai pusat kegiatan masyarakat, serta pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan wakaf yang lebih efektif. “Kami ingin menjadikan masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat,” ungkap T. Iskandar.
Untuk mendukung kegiatan keagamaan, pasangan ini akan menggalakkan pembelajaran tahsin Al-Quran, dimulai dari usia dini hingga orang dewasa. Mereka berkomitmen agar seluruh lapisan masyarakat Aceh, mulai dari anak-anak hingga orang tua, dapat membaca Al-Quran dengan baik sebagai bagian dari penguatan syariat Islam.
Cawagub Fadhullah juga menekankan bahwa pembangunan Islamic Center ini akan membuka lapangan pekerjaan bagi lulusan pesantren (dayah) dan tenaga lokal. Menurutnya, keberadaan embarkasi haji di Aceh akan memicu pertumbuhan ekonomi yang signifikan, termasuk peningkatan fasilitas pendukung seperti hotel berbintang lima dan sektor jasa lainnya.
Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) di Aceh Besar juga akan dijadikan sebagai titik keberangkatan utama, menggantikan peran Bandara Soekarno-Hatta yang sudah sangat padat. “Bandara SIM memiliki potensi besar untuk melayani embarkasi haji secara langsung,” terang T. Iskandar.
Selain aspek ekonomi, program Mualem-Dek Fad ini juga dinilai sebagai langkah untuk memperkuat identitas Aceh sebagai daerah dengan penerapan syariat Islam yang kental. “Aceh telah ditetapkan oleh DPR RI sebagai pusat keberangkatan haji di Indonesia. Ini merupakan tanggung jawab besar yang harus dilaksanakan dengan baik,” tambah Fadhullah.
Mualem-Dek Fad juga merencanakan peningkatan infrastruktur dan pelayanan bagi para jemaah, sehingga calon haji dapat merasakan kemudahan dan kenyamanan sebelum berangkat ke Tanah Suci. Mereka berkomitmen untuk bekerja sama erat dengan Kementerian Agama RI untuk mewujudkan rencana ini.
Selain itu, pasangan ini akan mewajibkan pembelajaran Al-Quran sejak usia dini. Mereka menyadari bahwa membaca Al-Quran adalah kebiasaan yang harus diawali sejak kecil dan dijaga hingga dewasa. “Kita akan wajibkan tahsin Al-Quran mulai dari anak-anak hingga orang tua,” kata T. Iskandar.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, pasangan Mualem-Dek Fad berharap program ini dapat memperkokoh peran Aceh sebagai salah satu pusat keislaman di Indonesia dan Asia Tenggara.(*)