Takengon, Baranews – Jumlah pekerja migran asal Dataran Tinggi Gayo yang terjebak di Kamboja kembali bertambah. Muhammad Fahmi, pemuda asal Teritit, Kabupaten Bener Meriah, menjadi nama terbaru yang meminta pertolongan untuk dapat dipulangkan ke tanah air setelah diduga menjadi korban praktik kerja ilegal yang berujung pada tindak pidana perdagangan orang.
Informasi ini dikonfirmasi oleh Yusradi Usman al-Gayoni, inisiator World Gayonese Community (Diaspora Gayo Dunia) yang kini bermukim di London, Inggris. Melalui sambungan pesan WhatsApp, Kamis (24/7/2025) pagi waktu setempat, Yusradi menjelaskan bahwa Fahmi bekerja di lokasi yang sama dengan Al Muttakim, pekerja migran asal Aceh Tengah yang juga tengah dalam proses pemulangan.
“Senin lalu (21/7), Fahmi menghubungi kami. Ia meminta bantuan agar bisa kembali ke Indonesia, pulang ke kampung halamannya di Teritit, Bener Meriah. Ibunya, Bu Kartini, sehari-hari menjual ikan depik keliling,” ujar Yusradi.
Fahmi tercatat sebagai pekerja migran ketiga dari Kabupaten Bener Meriah yang berhasil menjalin komunikasi langsung dengan jejaring diaspora Gayo di luar negeri. Sebelumnya, dua nama lain, Tanwir Ayubi dan Feri Sapuan, telah lebih dahulu dipulangkan. Sementara satu pekerja lainnya, Al Muttakim dari Kabupaten Aceh Tengah, masih berada di Kamboja dan sedang dalam tahap proses repatriasi.
Yusradi menyebutkan, dirinya terlibat langsung dalam membantu proses pemulangan tiga dari empat pekerja migran Gayo tersebut. Koordinasi intens dilakukan, termasuk dengan Pemerintah Kabupaten Bener Meriah. Begitu menerima pesan dari Fahmi, ia langsung berkomunikasi dengan bupati, wakil bupati, dan sekretaris daerah.
“Karena bupati dan wakil sedang dinas luar, arahan diberikan ke sekda. InsyaAllah hari ini, ibunya Fahmi akan bertemu langsung dengan pihak pemkab,” ungkapnya.
Ada potret yang menggugah dari perjuangan keluarga Fahmi. Sang ibu, Kartini, tetap menjajakan ikan depik—ikan khas Danau Lut Tawar—sembari melakukan perjalanan dari Takengon menuju kantor bupati. Perjuangan perempuan sederhana itu menggambarkan keteguhan seorang ibu yang ingin menjemput kembali anaknya dari negeri asing.
@yusradiusmanalgayoni Perkembangan terkini pemulangan Al Muttakim dan Muhammad Fahmi, Pekerja Migran Indonesia (PMI) Asal Asir Asir Kecamatan Lut Tawar Takengon Kabupaten Aceh Tengah dan Simpang Teritit Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah, Sabtu (26/7/2025), yang di Kamboja diduga dimanfaatkan oleh perusahaan tempat kerja mereka terlibat online scammer yang berujung pada Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)
♬ original sound – Yusradi Usman al-Gayoni – Yusradi Usman al-Gayoni
Sejauh ini, seluruh pekerja migran asal Gayo yang terlibat disebut berangkat ke Kamboja dengan janji pekerjaan layak. Namun belakangan, tempat kerja mereka diduga kuat menjadi bagian dari jaringan penipuan daring (online scam), modus yang kian banyak menjerat pekerja migran Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
“Kurang lebih kasus mereka sama. Diduga dimanfaatkan oleh perusahaan yang menjadi bagian dari sindikat scammer. Ini sangat berbahaya karena berujung pada praktik perdagangan orang,” kata Yusradi.
Pemerintah pusat dan daerah didorong untuk lebih tanggap terhadap fenomena ini. Minimnya data dan komunikasi antarwilayah membuat korban sulit terlacak. Yusradi menduga jumlah pekerja migran asal Tanoh Gayo yang terjebak di Kamboja bisa lebih banyak dari yang telah teridentifikasi.
“Sementara ini baru empat orang yang menjalin kontak langsung. Tapi bisa jadi lebih banyak yang belum terdata,” ujarnya.
Pemulangan Al Muttakim dan Muhammad Fahmi kini menjadi fokus. Keduanya berasal dari dua wilayah yang berbeda: Asir Asir Kecamatan Lut Tawar (Aceh Tengah) dan Simpang Teritit Kecamatan Wih Pesam (Bener Meriah). Pemerintah Indonesia diharapkan segera menuntaskan proses pemulangan mereka dari Kamboja.
Dalam situasi yang serba tidak pasti, suara lirih dari pegunungan Gayo kini menggema hingga ke luar negeri—memanggil kembali anak-anak muda yang ingin pulang dari tempat asing yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.