PPA Teken KONTRAK dengan Dua Perusahaan Cina, Akan Ekspor Teripang dan Kopi Aceh
BANDA ACEH – Partai Perjuangan Aceh (PPA) resmi menjalin kerja sama dengan dua perusahaan asal Cina, Dabashou Commercial dan Yomglichang, untuk ekspor komoditas unggulan Aceh berupa kopi dan teripang. Penandatanganan kontrak kerja sama ini berlangsung di Kantor PPA, Banda Aceh, pada Senin (17/2/2025), dengan target pengiriman 500 ton kopi dan 40 ton teripang setiap bulan.
Kesepakatan tersebut disahkan oleh Ketua Umum PPA, Prof. Adjunct Dr. Marniati, M.Kes., bersama perwakilan kedua perusahaan Cina, yakni Qin Hai Hu dari Dabashou Commercial dan Xie Qiaobang dari Yomglichang. Turut hadir dalam acara tersebut perwakilan perusahaan Cina lainnya seperti Chen Dong Lai, Mr Xu Tu Fa, dan Wei Yu Zhu, yang turut menyaksikan penandatanganan kerja sama internasional ini.
Dalam pernyataannya, Prof. Marniati menegaskan bahwa kerja sama ini merupakan langkah strategis PPA dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Aceh melalui pengembangan potensi komoditas lokal. “Kami menargetkan pengadaan kopi sebanyak 300 ton per bulan di tahap awal, dan terus memperluas jaringan bisnis internasional di bawah perusahaan PPA,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan Dabashou Commercial, Qin Hai Hu, menyampaikan rasa syukur dan antusiasme atas terjalinnya kerja sama tersebut. Ia mengungkapkan kepercayaan pihaknya terhadap pengalaman bisnis Prof. Marniati yang menjadi faktor kunci dalam tercapainya kesepakatan ini. “Kami yakin kerja sama ini akan berjalan dengan baik. Selain kopi dan teripang, kami juga tertarik pada komoditas lain seperti lobster, kerapu, dan ikan merah yang memiliki potensi pasar besar di Cina,” jelasnya.
Sebagai langkah awal, PPA melalui Marniati Center of Excellence akan mengadakan program pembinaan kepada masyarakat terkait peluang bisnis teripang dan kopi. Pembinaan tersebut meliputi pelatihan, pengolahan, hingga standar pembersihan teripang yang sesuai dengan persyaratan ekspor. Jenis teripang yang menjadi prioritas ekspor meliputi teripang pasir, sepatu, bakau, batu, gamat, dan gajah.
Menurut Prof. Marniati, teripang merupakan hasil laut yang belum banyak dioptimalkan masyarakat Aceh, padahal komoditas ini memiliki nilai ekonomi tinggi di pasar internasional. “Kami berharap kerja sama ini dapat membuka lapangan pekerjaan baru, terutama bagi para nelayan yang dapat memanfaatkan peluang ini untuk memenuhi permintaan pasar ekspor,” tuturnya.
Selain itu, PPA juga menerapkan konsep bisnis Business to Business (B2B) dalam pengelolaan ekspor ini. Prof. Marniati menegaskan bahwa pihaknya akan bergerak cepat dalam memastikan kualitas dan kuantitas produk yang dikirimkan sesuai dengan permintaan pasar internasional. “Kami ingin memberikan layanan terbaik dalam bisnis ekspor ini, karena kepercayaan mitra adalah prioritas kami,” tegasnya.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PPA, T Rayuan Sukma, juga menyambut baik kerja sama ini. Ia optimistis bahwa bisnis ekspor kopi dan teripang akan membawa dampak positif bagi perekonomian Aceh dan pengurus PPA di daerah. “Dengan adanya bisnis ekspor ini, lapangan kerja akan terbuka lebih luas, dan PPA di berbagai wilayah akan terlibat langsung dalam memenuhi kebutuhan pasar,” ujarnya.
Sebagai bagian dari pengembangan bisnis, pabrik pengolahan teripang dan gudang penyimpanan akan difokuskan di Kota Langsa. Untuk mendukung keberlanjutan bisnis ini, PPA telah menunjuk Suhaida, Ketua DPD PPA Kota Langsa, sebagai koordinator. Para petani kopi dan nelayan yang ingin terlibat dalam rantai bisnis ini dapat menghubungi Suhaida di nomor kontak 081262023642.
Dengan kerja sama ini, PPA menunjukkan komitmennya dalam mendorong potensi ekonomi Aceh melalui kolaborasi dengan investor asing. Langkah strategis ini diharapkan menjadi pemicu pertumbuhan sektor komoditas lokal sekaligus memperkenalkan kopi dan teripang Aceh ke pasar internasional, khususnya Cina.[Heri]