BANDA ACEH | Istilah pembisik memang mulai popular pada jaman pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Profesi pembisik terkadang disamakan dengan penasehat spiritual yang memiliki posisi penting dalam istana dan pendopo. Maklum, diyakini karena sosok tadilah yang dapat menyampaikan pesan dan pendapat, baik dari pribadinya sendiri atau “pesanan” orang lain dari luar kekuasaan.
Aroma tak sedap mulai berhembus, istilah pembisik tiba-tiba kembali berhembus, sosok yang seakan begitu digdaya mempengaruhi kebijakan Pj Gubernur Aceh Safrizal yang menjabat setelah Om Bus (Bustami Hamzah-red).
“Benar pak, dulu semasa Pak Achmad Marzuki menjabat disebut-sebut ada pembisik, dikala pak Bustami dikenal dengan seorang pembisik kini disaat Pak Safrizal ini juga sudah jadi buah bibir di lingkaran pemerintah Aceh ada pembisik baru lagi,”ungkap salah satu sumber terpecaya media ini di Banda Aceh, Selasa 1 Oktober 2024.
Profesi pembisik terkadang ada baiknya, namun begitu banyak pula buruknya. Sebenarnya jika yang dibisikkan itu sesuatu yang baik-baik saja, maka posisi pembisik ini sangatlah bermanfaat, dalam artian pesan-pesan berupa suara rakyat yang tidak terlaporkan oleh para kepala dinas (SKPA) akan dapat di dengar langsung Gubernur Aceh melalui pembisik tadi.
Namun sebaliknya, posisi dan peran pembisik ini akan sangat berbahaya, jika apa yang dibisikkan justru merupakan pesan-pesan dari pihak tertentu yang ingin mengambil keuntungan pribadi, kelompok dan golongan.
Sebagai birokrat senior di Pusat, Pj Gubernur Aceh Safrizal diharapkan lebih arif dalam mengambil keputusan tanpa mendengarkan sepenuhnya kata si pembisik. Sehingga Pj Gubernur Aceh saat ini tak tergelincir di lubang yang sama dengan pendahulunya yang tak mampu menjalankan amanah dengan baik hanya karena godaan dan rayuan serta kepercayaan penuh kepada sosok pembisik.
“Kita berharap Pj Gubernur yang sekarang tak lagi rusak karena terlalu mendengarkan pembisik di setelahnya yang mempunyai kepentingan pribadi dan kelompoknya. Jangan lah sampai Pak Safrizal seperti Pak AM, lagi-lagi malu nanti pemerintah pusat sebagai pihak yang memberikan mandat,” kata sumber tadi.
Apalagi, secara waktu masa jabatan Safrizal tidak lah panjang dan hanya berhitung bulan. Tentunya diharapkan dapat memberi kesan yang baik hingga dikenang oleh masyarakat Aceh nantinya.
“Sebaiknya dengan waktu yang singkat ini, Pak safrizal dapat memberi kesan baik sebagai putra asli daerah yang ditunjuk dari pusat. Sehingga beliau benar-benar dikenang oleh masyarakat Aceh sebagai Pj Gubernur yang berhasil menjalankan tugas di kampung halamannya,” ujar sumber tadi.
Nah, tentunya rakyat berharap agar profesi pembisik ini tidak ada lagi mendapat tempat dan lebih dominan di lingkungan pendopo. Sebab, di era keterbukaan saat ini, jelas para pembisik sudah tidak diperlukan lagi. Karena, kalau ingin menyampaikan sesuatu kepada pengambil kebijakan yang baik kenapa harus berbisik?
Bicaralah secara normal dan objektif, sehingga mampu menghadirkan kebijakan yang positif. Sebelum rakyat bersuara lantang menyampaikan kekecewaan yang hadir karena dominasi kepentingan pribadi pembisik di dalam kebijakan sang pemimpin. (RN/KH)