Banda Aceh – Direktur Emirates Development Research (EDR), Dr. Usman Lamreung, M.Si, menilai eskalasi politik Pilkada Aceh semakin memanas setelah penghentian debat kandidat oleh KIP. Penghentian tersebut dilakukan akibat temuan alat bantu elektronik yang melanggar aturan, memicu tuduhan dari kubu paslon 01 yang menyerang KIP dan menyebut paslon 02 telah mengintervensi keputusan tersebut.
Dr. Usman menyebut tuduhan itu sebagai propaganda politik murahan yang dirancang untuk menciptakan narasi seolah paslon 01 didzalimi oleh KIP dan paslon 02. “Fakta sebenarnya adalah debat dihentikan karena adanya pelanggaran aturan, bukan intervensi paslon 02,” tegasnya. Ia menilai upaya ini bertujuan memengaruhi persepsi publik dan menjatuhkan kredibilitas paslon 02.
Menurut Dr. Usman, propaganda ini sengaja dibangun untuk menggambarkan paslon 02 sebagai pihak yang tidak demokratis dan tidak memiliki integritas. Bahkan, beredar video-video yang mencoba menyudutkan paslon 02 dengan tuduhan tidak berpendidikan. “Ini jelas strategi politik yang dirancang untuk menyerang dan melemahkan kepercayaan publik terhadap paslon 02,” tambahnya.
Survei terbaru LSI menunjukkan elektabilitas dan popularitas paslon Mualem-Dek Fadh (02) mencapai 45 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan paslon 01 yang hanya memperoleh 29 persen. Data ini, menurut Dr. Usman, menunjukkan adanya kepanikan di kubu paslon 01, yang akhirnya memilih memainkan propaganda untuk mencari simpati pemilih.
Narasi lain yang digunakan adalah mencoba menggiring opini bahwa paslon 02 tidak didukung oleh Prabowo Subianto karena posisinya sebagai Presiden RI, yang harus bersikap netral dalam Pilkada. Namun, Dr. Usman menegaskan, sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, wajar jika Prabowo mendukung kadernya sendiri. “Tidak mungkin seorang ketua umum partai meninggalkan kader yang mencalonkan diri,” jelasnya.
Dr. Usman juga meminta semua pihak untuk tetap fokus pada adu gagasan dan visi-misi, bukan saling menyerang dengan propaganda. Menurutnya, masyarakat Aceh sudah cukup cerdas untuk menilai mana narasi yang berbasis fakta dan mana yang sekadar isu politik untuk kepentingan elektoral.
Pilkada Aceh semakin mendekati hari pemungutan suara, dan dinamika politik yang memanas menjadi ujian bagi semua pihak untuk menjaga integritas dan kedewasaan politik. Dr. Usman mengingatkan bahwa stabilitas demokrasi harus tetap dijaga demi kepentingan Aceh ke depan.