Gayo Lues Baranewsaceh.co | Syamsul Bahri, S.Pd.M.Pd pimpinan Sanggar seni Rempelis Gayo, kabupaten Gayo Lues menyesalkan tim penyusun draf qanun pemajuan kebudayaan Aceh, dengan tidak lagi menyertakan keberadaan Dewan Kesenian Aceh. Hal tersebut sangat mencoreng maruah kami di kabupaten Gayo Lues. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Syamsul Bahri melalui pesan whatshapnya kepada media ini. Minggu (06/10).
“Sebagai maestro Saman kabupaten Gayo Lues, saya sudah membawa group Saman hingga ke Amerika. Lalu apa artinya semua ini jika kesenian itu tidak ada lagi yang mewadahi. Kita menyadari bahwa kesenian itu adalah bagian dari kebudayaan. Tapi tidak serta merta terus harus dienyahkan” Ungkapnya.
Mari berpikir jernih dalam menyikapi semua persoalan ini. Ini menyangkut maruah kami di kabupaten Gayo Lues. Karena keberadaan lembaga dewan kesenian itu, sangat penting, terutama bagi kami pelaku seni. Tulisnya.
Menurut Syamsul, salah satu cara untuk menghilangkan suku bangsa adalah dengan cara menghancurkan budayanya, peradabannya dan bahasanya. Kalau mau menghilangkan Gayo Lues cukup hilangkan Tarian Samannya. Maka dengan sendirinya Gayo Lues akan tenggelam. Lalu Saman itu apa, ya kesenian. ungkapnya.
Pakar Dewan Kesenian Gayo Lues ini juga mengatakan, di Kabupaten Gayo Lues ada sekira 154 (seratus lima puluh) desa, setiap desa ada 15 orang pelaku seni Saman, dan 16 orang perempuan pelaku seni tari Bines. Jadi total ada sekira 2.326 (dua ribu lima ratus) orang pelaku seni, khusus seni Saman dan tari Bines saja di kabupaten Gayo Lues, belum lagi kesenian yang lainnya. Lalu wadahnya apa ? Tanya Syamsul. Apalagi di kabupaten tetangga, Aceh Tengah dan Bener Meriah, mereka punya group Didong dan ratusan sanggar.
Untuk itu Syamsul Bahri berharap tim penyusun draf Qanun pemajuan kebudayaan Aceh agar mempelajari kembali terkait draf yang sudah ada. Hal ini demi menjaga kebaikan dan kelestarian seni tradisi dan kesenian Aceh untuk masa yang akan datang. Pungkasnya. (Hamdani)