BANDA ACEH – Keberadaan perusahaan tambang batu bara di Kawasan Barat Selatan Aceh (Barsela), tepatnya di Kabupaten Nagan Raya, dinilai tidak memberi dampak positif bagi masyarakat Aceh, khususnya yang ada di Barsela.
“Kami dari komponen mahasiswa asal Barsela menilai keberadaan PT MIFA Bersaudara lebih besar mudharatnya bagi masyarakat Aceh,” ujar Teuku Wariza Arismunandar, tokoh mahasiswa asal Aceh Selatan di Banda Aceh, Senin (04/10/2024).
Teuku Wariza Arismunandar yang juga Ketua Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) menambahkan, manfaat PT MIFA bagi orang Aceh sangat kecil dan nyaris tidak ada.
“Kecil sekali manfaat PT MIFA bagi orang Aceh. Sementara kondisi alam Aceh semakin rusak, jalan rusak dan berdedu. Resiko bencana di depan mata dan ini akan ditanggung oleh masyarakat Aceh. Sungguh terlalu,” ujar aktivis tampan ini.
Wariza memberi contoh, karyawan PT MIFA terutama para petinggi level manager ke atas, didominasi para pendatang dari luar Aceh.
“Karyawan dari para pendatang ini disebut-sebut kemudian memasukkan lagi orang dari luar Aceh untuk bekerja di MIFA. Maka terjadilah yang namanya buya krueng teudong-dong, buya tamong meuraseuki,” ujar dia.
“Kasihan kami melihat orang Aceh yang hampir tak ada tempat di PT MIFA. Pepatah Aceh tentang buya krueng itu harus dihentikan di PT MIFA. Ini mendesak. Makanya bekukan PT MIFA lalu rombak SDM,” tegas Wariza.
Selain itu, Wariza meminta pihak petinggi PT MIFA untuk melakuan kros cek apa yang dilakukan oleh Manager CSR PT MIFA berinisial AN yang juga pendatang dalam hal dana CRS untuk mahasiswa, perekrutan karyawan dan kemitraan dengan orang Aceh.
“Sumber-sumber masalah di PT MIFA perlu diurai lalu diamputasi agar PT MIFA dapat dekat dengan orang Aceh, terutama masyarakat Barsela. Hal ini mendesak sebelum muncul masalah yang lebih besar,” pesan Wariza.
Wariza memesan agar PT MIFA memperbanyak keberadaan orang Aceh di jajaran elit dan juga karyawan.
“Tak tega kita lihat orang Aceh hanya banyak di jajaran office boy atau sopir truk saja di PT MIFA. Ketahuilah SDM Aceh tak kalah dari pendatang,” katanya.
PT MIFA, melalui CRS dari para direktur, dia sarankan agar menyiapkan remaja dan pemuda setempat untuk sekolah dan kuliah di jurusan pertambangan hingga tamat S1 atau S2 lalu direkrut menjadi karyawan.
“Hal ini akan terjadi jika manager CSR dipegang oleh orang Aceh, paham persoalan Aceh dan cinta terhadap Aceh,” tegas Wariza Arismunandar. []