Menu

Mode Gelap
DPRK Aceh Tenggara Meminta Kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan,Agar Segera Membayar Gaji Tukang Sapu Jalanan Bhabinkamtibmas dan Satsamapta Polres Gayo Lues Bantu Korban Kebakaran di Kecamatan Blangpegayon Gayo Lues Camat Blangpegayon Bersama Masyarakat dan Petugas Damkar Ikut Padamkan Api Muliakan Ramadhan, Penggiat Sosial Ferdy S Davari Berbagi Ratusan Paket Daging Sapi Miris…Tiga Bulan Gaji Tak Dibayar, Ratusan Petugas Sapu Jalan Demo Kantor Bupati Agara. Lsm Gempur Minta Copot Kadis DLHK

NASIONAL · 16 Nov 2022 02:03 WIB

Miris, DPR Era Jokowi Cuma jadi Stempel Kebijakan Pemerintah


					Miris, DPR Era Jokowi Cuma jadi Stempel Kebijakan Pemerintah Perbesar

 

JAKARTA | Ekonom senior Rizal Ramli menyatakan pada era Joko Widodo (Jokowi) terjadi penurunan nilai demokrasi di Indonesia, khususnya DPR. Menurutnya, yang terjadi saat ini DPR hanya sekedar jadi stempel.

Mantan Menko Perekonomian ini mengungkapkan saat ia menjabat sebagai Penasehat Ekonomi Fraksi ABRI dan DPR periode tahun 1993-1998, anggota DPR saat itu lebih menguasai masalah dan lebih kritis dibandingkan para anggota DPR saat ini.

“DPR waktu itu boleh mengkritik menteri-menteri dan kebijakan mereka. Yang tidak boleh hanya kritik Presiden Soeharto dan keluarganya,” kata RR demikian ia lebih akrab dikenal publik.

Ia menyatakan banyak kebijakan pemerintah yang seharusnya dapat dibahas DPR. “Yang terjadi saat ini seolah-olah presiden boleh melakukan apa saja, DPR hanya sekedar jadi stempel,” ungkapnya.

Ia mengemukakan jika ini terus berlanjut maka akan terjadi penurunan nilai demokrasi. “Demokrasi di era Jokowi, fungsi kontrol DPR dilemahkan. Negara bisa ambyar, karena diacak-acak, dikelola secara ngawur dan ngasal,” tandasnya.

Peneliti senior Komite Pemantau Legislatif (KOPEL) Syamsudin Alimsyah sepakat dengan pernyataan Rizal Ramli. Bahkan dia menilai DPR saat ini ibaratnya antara ada dan tiada dari sisi kinerja. DPR ada dalam absensi dan terima gaji tapi alpa ketika ingin mengecek kinerja menjalankan fungsinya.

“DPR saat ini terjebak dalam bangunan koalisi politik parpol. Mereka salah menafsirkan seolah tak ubahnya penjaga gawang pemerintah di DPR manakalaa ada kritik dari pihak luar atau masyarakat,” ujar Syamsudin kepada Media, Minggu (13/11/2022).

Fakta DPR saat ini sebagai penjaga gawang pemerintah, sambung Syamsudin, bisa dilihat dari berbagai kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat tapi kemudian mulus saja tanpa rintangan dari DPR. Kenaikan harga BBM dan UU Omnibus Law, diantaranya   yang menunjukkan DPR tidak pro rakyat.

Syamsudin meminta agar DPR bisa sesuai fungsinya kembali maka publik harus diedukasi terus bagaimana secara kritis bisa memanfaatkan pemilu sebagai momen referendum dalam menentukan hak pilihnya. Apalagi saat ini pemerintahan mengklaim demokratis tapi tidak menjalankan demokrasi secara substansial.

“Tidak menjadi masalah koalisi dalam pemerintahan. Namun posisi kelembagaan DPR sejatinya tidak direduksi karena kekuasaan. Saat ini yang terjadi koalisi saling menguntungkan,” tandasnya.

Oligarki

Terpisah, Direktur Political Public and Policy Studies (P3S) Jerry Massie juga mendukung pernyataan Rizal Ramli terkait DPR hanya jadi tukang stempel. Karena DPR yang sejatinya memiliki fungsi kontrol, legislasi sampai budgeting ternyata belum mampu berbuat banyak terhadap pemerintah saat ini. Sehingga terkesan DPR saat ini hanya menjadi tukang stempel atas kebijakan pemerintah yang tidak berpihak ke rakyat.

“Ada banyak persoalan yang krusial yang harus di nomorsatukan atau yang lebih di utamakan oleh DPR. Tapi DPR saat ini malahan tak menggubris atas kebijakan yang tidak pro rakyat itu,” ujarnya.

Jerry menunjukkan hasil dari DPR yang tidak pro rakyat itu yakni UU Omnibus Law. Padahal isi dari pasal – pasal dari UU Omnibus Law tak berpihak pada rakyat atau kaum buruh. UU Omnibus Law sangat jelas merugikan buruh tapi DPR tak melihat atas keburukan UU Omnibus Law terhadap para buruh.

“Belum lagi UU Omnibus Law dibidang agraria sampai pengelolaan Minerba,” tandasnya.

Dia mengkhawatirkan DPR saat ini terkesan dikendalikan oligarki. Padahal imbas dari pengaruh oligarki sangat berbahaya bagi rakyat. Imbasnya saat ini ada undang-undang yang dimanfaatkan kelompok tersebut untuk memuluskan proyek – proyeknya.

“Memang keberpihakan DPR pada rakyat hanya stempel karena mereka (DPR) belum mampu menyerap aspirasi warga di dapilmya,” tandasnya. “Ketegasan kawan-kawan di DPR masih belum nampak ini perlu terus diperbaiki,” tambahnya. (ES)

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 0000 kali

Baca Lainnya

Predisen Jokowi Keluarkan Larangan Mengadakan Acara Buka Bersama Bagi ASN dan pejabat Pemerintah

25 Maret 2023 - 00:09 WIB

Mahkamah Agung akan Kembalikan Integritas Hakim Indonesia

24 Maret 2023 - 15:31 WIB

Wamenkumham Tidak Laporkan Balik IPW

24 Maret 2023 - 04:07 WIB

Menko Polhukam Sampaikan Isu Dugaan TPPU di Kemenkeu

24 Maret 2023 - 04:05 WIB

KPK Periksa Kepala Unit APUPPT Asuransi Manulife Indonesia untuk Tersangka LE

24 Maret 2023 - 04:03 WIB

KPK Eksekusi Mantan Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti ke Lapas Sukamiskin

24 Maret 2023 - 04:01 WIB

Trending di KORUPSI

Notice: Fungsi WP_Scripts::localize ditulis secara tidak benar. Parameter $l10n harus berupa array. Untuk meneruskan data arbitrer ke script, gunakan fungsi wp_add_inline_script() sebagai gantinya. Silakan lihat Debugging di WordPress untuk informasi lebih lanjut. (Pesan ini ditambahkan pada versi 5.7.0.) in /home/baranewsaceh.co/public_html/wp-includes/functions.php on line 5835