Menu

Mode Gelap
Menghadapi Bulan Suci Ramadhan Kasat Samapta Polres Gayo Lues Tingkatkan Pengamanan Perbankan Gotong Royong Merupakan Modal Dasar Bagi Terciptanya Suasana Kemasyarakatan yang Harmonis di Kampung Pining   Kasri Selian,Ketua Komisi B DPRK Dampingi Masyarakat Desa ukhir Deleng Melaporkan Penyelewengan Pupuk Ke Kajari Aceh Tenggara Program “BPHN Mengasuh” YARA Subulussalam Gerakkan Pembinaan Hukum di SMAN 2 Simpang Kiri Perppu Cipta Kerja, Merupakan Langkah Strategis Pemerintah Menghadapi Dinamika Ekonomi Global

OPINI · 7 Des 2022 11:50 WIB

Minimnya Sarana Pendidikan, Padahal Calon Ibu Kota


					Minimnya Sarana Pendidikan, Padahal Calon Ibu Kota Perbesar

 

Oleh : Katmiasih

( Pemerhati Sosial)

 

Kalimantan timur yang telah ditetapkan sebagai ibu kota baru tak lepas pula dari berbagai permasalahan dibidang pendidikan. Masalah pemerataan pembangunan fasilitas pendidikan di Samarinda  contohnya masih dirasa kurang. Dan saat ini menjadi sorotan serius para wakil rakyat di lembaga legislatif Kota Tepian.

Sorotan itu terus dilakukan sebab masih adanya blank spot alias lokasi yang minim akan fasilitas pendidikan, dan diperburuk oleh sistem zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

Oleh sebab itu, Ketua Komisi IV DPRD Samarinda Sri Puji Astuti meminta agar Pemkot Samarinda selaku pihak yang bertanggungjawab menyediakan fasilitas pendidikan di Kota Tepian untuk lekas mengambil sikap.

Terutama dalam upaya pemenuhan sarana dan prasarananya. Sistem zonasi dikatakan Puji juga memberikan pembatasan kuota terhadap jumlah siswa yang akan diterima. Kaltim.akurasi.id (senin 14/11/2022)

Selain blank spot yang menjadi masalah, Samarinda juga tak lepas dari masalah kualitas dari sarana pendidikan. Sebagai mana yang diutarakan Anggota Komisi III DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Sutomo Jabir meminta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan/(Dsidikbud) setempat memperhatikan SMAN 9 Berau yang terletak di Kecamatan Maratua, daerah terluar di Kaltim.

Ia tertarik mengunjungi sekolah itu karena sebelumnya mendapat keluhan dari masyarakat saat reses, bahwa SMA satu-satunya yang ada di Pulau Maratua tersebut sudah “over capacity”, bahkan guru-guru honorer pada belum dibayar gajinya. Sebagaimana yang dilakukan dilansir dari berita Antara, Samarinda  ( Senin 21/11/2022 ).

Negeri ini adalah negeri yang kaya akan sumber daya alam. Dari Sabang hingga Merauke tersimpan berbagai tambang dan mineral yang seharusnya bisa membuat kehidupan rakyat ini makmur. Seharusnya tak ada lagi ada daerah yang mengalami kesulitan dalam hal biaya pembangunan.

Namun pada kenyataannya kita terasa negeri yang miskin. Itu dikarenakan salahnya pengelola yang dilakukan penguasa saat ini. Pemerintah begitu mudah melepas hak pengelolanya kepada pihak asing atau swasta. Sehingga keuntungan terbesar dari sumber daya alam kita diambil pihak asing. Dan itu dipermudah oleh sistem sekarang.

Dan andai saja pemerintah pusat dan daerah saat ini lebih berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan dari pada membangun gedung untuk ibukota baru. Memfokuskan dunia pendidikan akan membentuk generasi yang tangguh dimasa depannya. Membangun sarana pendidikan yang layak diseluruh pelosok negeri. Serta meningkatkan taraf hidup para pengajar akan mempercepat proses membentuk generasi muda tangguh.

Tak lupa pula pengajaran dibidang karakter generasi mudanya harus menjadi sorotan dunia pendidikan saat ini. Begitu banyak anak muda saat ini bertindak keji yang membuat kita mengelus dada.

 

Namun hal itu mungkin sulit untuk dicapai karena kita berada di suatu sistem sekuler kapitalis. Dimana sekuler itu memisahkan agama dengan kehidupan. Agama tidak digunakan sebagai pedoman dalam mencetak generasi muda. Dan kapitalis yang membuat kekayaan alam kita dikeruk bangsa asing, yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat.

Bagaimana dengan Islam yang merupakan agama yang sempurna memandang masalah ini. Dalam Islam sebenarnya kita bisa menemukan semua  jawabannya. Termasuk bagaimana mengelola sumber daya alam serta urusan mencetak generasi muda.

Sumber daya alam itu dalam Islam tidak boleh dikuasai oleh perseorangan karena bersifat kepemilikan umum. Jadi negaralah yang berhak mengelolanya tanpa ada campur tangan pihak asing. Sehingga keuntungannya bisa sepenuhnya dimanfaatkan untuk umat.

Sebagaimana dengan dunia pendidikan. Aqidah Islam sebagai pedoman dan patokan dalam pembentukan karakter generasi muda. Pembentukan Karakter generasi muda dimulai dari lingkungan kecil yaitu keluarga. Menciptakan keluarga Islami dalam masyarakat Islami pula serta adanya negara yang menerapkan syariat Islam, akan lebih mudah mencapai tujuan generasi tangguh.

Namun semua itu hanya bisa diterapkan bila ada sebuah negara yang menerapkan Islam secara kaffah. Syariat Islam sebagai landasan setiap peraturannya. Sehingga Islam akan menjadi rahmatan lil allamin sebagai mana seharusnya.

Wallahu allam be showab.

 

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 2000 kali

Baca Lainnya

Apa Bedanya Nepotisme Anak Jokowi dengan Nepotisme Anak Soeharto?

4 Februari 2023 - 20:07 WIB

Jalan “Mulus” Proyek Multi Years sebagai Asa Kebangkitan Ekonomi Masyarakat Gayo Lues ?

18 Desember 2022 - 01:55 WIB

Prahara Sang Jenderal: Dewi Justitia di Tengah Badai

2 Desember 2022 - 01:37 WIB

Kemana Sosok Ayah Sebagai Pelindung?

20 November 2022 - 15:00 WIB

Ajari Kami Cara Membenci yang Menebar Cinta (Tentang PJ. Bupati Gayo Lues )

16 Oktober 2022 - 18:17 WIB

Kuncuran (DD) di Aceh Seperti Bangkai Dihutan Belantara, Tercium dan Jadi Rebutan Hewan Pemangsa

21 Juli 2022 - 16:04 WIB

Trending di OPINI