Menu

Mode Gelap
Menghadapi Bulan Suci Ramadhan Kasat Samapta Polres Gayo Lues Tingkatkan Pengamanan Perbankan Gotong Royong Merupakan Modal Dasar Bagi Terciptanya Suasana Kemasyarakatan yang Harmonis di Kampung Pining   Kasri Selian,Ketua Komisi B DPRK Dampingi Masyarakat Desa ukhir Deleng Melaporkan Penyelewengan Pupuk Ke Kajari Aceh Tenggara Program “BPHN Mengasuh” YARA Subulussalam Gerakkan Pembinaan Hukum di SMAN 2 Simpang Kiri Perppu Cipta Kerja, Merupakan Langkah Strategis Pemerintah Menghadapi Dinamika Ekonomi Global

ARTIKEL · 24 Jul 2022 13:08 WIB

Mengenal Makna Si Pulut Balai dari Kebudayaan Masyarakat Melayu Aceh Tamiang


					Mengenal Makna Si Pulut Balai dari Kebudayaan Masyarakat Melayu Aceh Tamiang Perbesar

  

Aceh merupakan daerah yang terdiri dari beragam etnis, ras, bangsa, suku dan budaya. Provinsi Aceh sendiri terdiri dari 23 kabupaten//kota yang terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota. Kabupaten Aceh Tamiang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Aceh, kabupaten ini adalah hasil pemekaran dari kabupaten Aceh Timur yang terletak di perbatasan langsung dengan Sumatera Utara sekaligus menjadi pintu gerbang masuk dari Sumatera Utara ke Aceh.

Aceh Tamiang merupakan daerah yang terdiri dari 12 kecamatan dan juga terdapat beberapa suku di antaranya Melayu, Jawa, Gayo, Batak, Aceh, Minang dan lain-lain. Adapun suku asli dari kabupaten Aceh Tamiang ini diantaranya suku Tamiang, Aceh dan Gayo. Oleh karena itu hal inilah yang menjadikan Aceh Tamiang sebagai daerah yang kaya akan keberagaman budaya.

Salah satu kebudayaan yang masih sangat melekat dan terus dilestarikan oleh masyarakat Aceh Tamiang sampai sekarang ialah Pulut Balai. Pulut Balai sering disebut juga dengan balai, yang mana bagi masyarakat melayu sangatlah penting keberadaannya dalam setiap acara adat seperti acara pernikahan, khatam Qur’an, turut tanah dan sunat rasul yang tidak bisa ditinggalkan dan menjadi kehormatan dan kebanggaan bagi yang menerima atau memberi balai.

Balai bukan hanya sekedar kebudayaan adat melayu melainkan juga sebagai simbol kebesaran dan kemegahan bagi masyarakat suku melayu. Balai di buat dari kayu yang berbentuk persegi empat dan tingkat balai yang selalu ganjil yaitu 3, 5, 7 dan 9 dan setiap tingkat berisi pulut kuning sebagai lambang kesuburan dan kemuliaan. Zaman dahulu tingkat balai bagi masyarakat suku Melayu menunjukkan strata sosial penggunanya. Raja-raja adalah seseorang yang bergelar Sultan yang memimpin suatu daerah menggunakan balai tingkat sembilan, anak dan keturunan raja adalah anak kandung, cucu, cicit yang sedarah dengan sultan menggunakan balai yang bertingkat tujuh, para bangsawan kerajaan adalah seseorang yang bergelar tengku, syaid, raja, wan, datuk, daeng, dan encik menggunakan balai yang bertingkat lima dan untuk rakyat biasa menggunakan balai bertingkat tiga.

Namun sekarang penggunaan balai yang tingkatnya terlalu tinggi sudah tidak lagi digunakan dan biasanya hanya menggunakan balai yang pada tingkatan ketiga. Balai disusun sesuai dengan urutannya yaitu pada setiap tingkatan balai dimasukkan pulut kuning dengan dikelilingi daun pisang supaya tidak berantakan, setelah itu dimasukkan inti kelapa pada setiap tingkatan balai. Inti adalah parutan kelapa dan gula merah yang dimasak dengan daun pandan hingga matang dan bisa juga dimasukkan rasidah.

Kemudian diletakkan juga ayam panggang dipaling atas pada tingkatan pertama, pucuk bunga dipacakkan pada tingkat pertama balai yang mana tepat di tengah-tengah ayam panggang. Setelah itu bunga telur dipacakkan pada tingkat kedua balai dan tempat telur di isi dengan telur yang sudah direbus. Kemudian bunga merawal bendera dipacakkan pada tingkat balai secara berselang seling. Susunan balai ini tidak boleh ditukar letaknya, karena masing-masing mempunyai makna.

Setelah itu balai diletakkan di tengah-tengah majelis sehingga memperindah pemandangan. Biasanya jika acara perkawinan bunga telur dibagi-bagi kepada para tamu undangan, sama juga seperti acara marhaban, sunat rasul dan acara lainnya. Bunga telurnya dibagi-bagi kepada para tamu undangan, dan jika anak yang khatam Qur’an para guru (guru mengaji) menyuapkan pada anak berkhatam, setelah itu pulut balai dihantar kerumah mualim (guru menggaji).

Balai dari zaman dahulu hingga sekarang digunakan sebagai lambang kebesaran, seni dan kebudayaan orang Melayu dalam setiap acara, oleh karena itu balai memiliki fungsi dan makna di dalamnya sehingga pemakaian dan isi di dalam balai tidak boleh sembarangan karena dapat mengubah fungsi dan makna dari balai itu sendiri. Adapun makna dari setiap isi balai diantaranya yaitu:

  1. Bunga Kemuncak, yaitu bunga balai yang paling besar dan dipacakkan paling atas yang berdiri tegak seperti pohon yang rindang dan akarnya terujam jauh berdiri dengan kokoh sehingga memberikan makna kepada orang yang sedang melakukan acara bahwa ia akan menjadi sebagai tempat berlindung atau sebagai pengayong dalam segala masalah.
  2. Tingkatan (Alas) dan Kaki Balai, yang menggambarkan bahwa balai memiliki tingkatan tingkat satu itu ibarat atap, tingkat kedua bangunan dan tingkat ketiga adalah tiang. Tingkat ini mencerminkan derajat dari seseorang pengguna balai apakah kalangan bangsawan atau kalangan rakyat biasa,  sehingga semakin tinggi balai maka semakin tinggi pula derajat si pengguna balai. Kaki balai ada empat dan kurang lebih tinggi dari 25cm, kaki balai bermakna dapat berdiri tegak dan kuat.
  3. Bunga Telur, merupakan bunga yang diletakkan telur rebus didalamnya. Bunga telur adalah bunga balai yang mengelilingi semua bagian tingkat dua balai dengan jumlah yang selalu ganjil. Bunga telur yang dibentuk dengan cantik ini selalu dibawa pulang oleh para tamu undangan karena makna dari bunga telur adalah kebahagiaan.
  4. Merawal (Bendera/Panji), yaitu bendera yang berbentuk segitiga dengan ujung batang yang tertancap pada pulut, kertas yang diukir berbentuk bendera/panji, persegi tiga runcing ke ujung panjang kurang lebih 35cm dibuat bertingkat sebesar sebuah pensil biasa yang melambangkan kehormatan dan kemuliaan.
  5. Daun Pisang yang menggelilingi balai, ini berguna untuk mempercantik balai dan memiliki makna seperti pagar rumah yang menggelilingi rumah dengan tujuan memberi batas dan menjaga rumah atau bisa diartikan sebagai pemberi batas, arahan dan menjaga si pengguna balai.
  6. Pulut Kuning dan Inti, pulut kuning memiliki makna lambang menjaga silaturahmi, kesuburan dan kemulian, dan makna dari inti adalah supaya kedepannya berjalan dengan baik seperti manis dan gurihnya inti.
  7. Telur Ayam, yaitu telur yang sudah direbus lalu dibungkus pada tempat atau pada bunga telur dengan jumlah ganjil sama dengan jumlah bunga telur yang bermakna memiliki keturunan yang berkembang.
  8. Ayam Panggang, yaitu ayam yang telah dibelah dua, kepala dan kakinya dibuang setelah itu dibersihkan lalu dibumbui dan dimasak pada bara (panggang) sampai matang memiliki makna membuang kepala dan kaki ayam adalah pengorbanan yang tidak sia-sia menuju suatu cita-cita yang kita inginkan, tidak separuh jalan mengejar cita-cita itu dan rela berkorban dalam suatu hal yang mulia.

Balai memiliki nilai adat serta seni dan budaya yang juga menjadi lambang kebesaran masyarakat Melayu terutama masyarakat Melayu di Aceh Tamiang. Balai mempunyai banyak makna yang terkandung di dalamnya pada setiap pelaksanaan acara-acara besar, namun seiring dengan perkembangan zaman banyak masyarakat hanya mengerti cara membuat dan meggunakan saja tetapi tidak mengerti fungsi dan makna balai itu sendiri. Oleh karena itu kita sebagai seseorang yang berbudaya apalagi warga Indonesia yang identik dengan kebudayaan, kita harus terus menjaga kelestarian budaya kita seperti Pulut Balai atau sering disebut Balai dan juga kebudayaan-kebudayaan yang lain.

Ditulis oleh Fatmawati

Mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa, Prodi Perbankan Syariah.

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 179000 kali

Baca Lainnya

Mahasiswa Prodi Peternakan FP Umuslim magang di BPTU-HPT Indrapuri

18 Maret 2023 - 02:35 WIB

Mahasiswi IAI Almuslim Aceh Ikut SIMBA X di Langsa

14 Maret 2023 - 07:34 WIB

Dua Mahasiswa Aceh Lolos Pertukaran Mahasiswa ke Hungaria dan Ceko

13 Maret 2023 - 04:31 WIB

Tanggal 9 Maret di Peringati Sebagai Hari Ginjal Sedunia , Mari Kenali Apa Itu Penyakit Gagal Ginjal Kronik ( PGK )

13 Maret 2023 - 04:10 WIB

Koordinator Wilayah BEM SI ACEH Kecam Pelaksanaan Munas di Solo dan layangkan Mosi Tidak Percaya Kepada Koordinator Pusat BEM SI Kerakyatan

6 Maret 2023 - 00:16 WIB

Mahasiswa STIkes Darusallam Lhokseumawe Adakan Lokmin Tentang PTM Khusus Pada Penyakit Epilepsi di Pukesmas Bies

3 Maret 2023 - 00:45 WIB

Trending di ACEH TENGAH