ACEH TAMIANG, BARANEWS ACEH.CO | Kabupaten Aceh Tamiang adalah salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pada tanggal 2 Juli 2002, Tamiang resmi mejadi kabupaten berdasarkan UU No. 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya,Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya, dan Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kabupaten dengan semboyan “kaseh pape setie mati” ini merupakan wilayah perbatasan antara Aceh dengan Sumatera Utara.
Lukisan Raja Sulong Dan Permaisuri
Matahari merangkak naik di Desa Benua Raja, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Selasa (13/04/2021). Jam menunjukkan pukul 02.00 WIB. Lokasi istana itu di sisi kanan jalan lintas jalan Kuala Simpang – Rantau, Aceh Tamiang. Memasuki kawasan kompleks kerajaan islam melayu terbesar di aceh tamiang yang biasa dijuluki oleh masyarakat setempat dengan sebutan istana benua raja terlihat tampak hening,kompleks ini terdiri dari dua bangunan, yang pertama yaitu bangunan utama istana dan bangunan kedua yaitu pendopo kerajaan. Bangunan utama dibangun dengan beton dan beratapkan genting khas tempo dulu,dan disebelah bangunan utama yaitu pendopo kerajaan, dipendopo inilah raja sering memimpin pertemuan kerajaan. Dibangunan utama kerajaan terdiri dari 6 kamar dan diarea belakang istana terdapat dapur dan kandang kuda serta sumur tua. Lokasi berdirinya kerajaan dapat ditemukan hingga sekarang walaupun telah menjadi permukiman masyarakat termasuk Istana Benua Raja sebagai tempat tinggal bagi keturunan raja.
Anak kerajaan sulong
Istana Benua Raja didirikan pada masa pemerintahan Tengku Badelisah yang bergelar Tengku Raja Sulung tahun 1928 M. Istana Benua Raja yang bergaya arsitektur belanda berada di Desa Benua Raja, Kecamatan Rantau. Di Kabupaten Aceh Tamiang ada tiga istana yang masih dapat disaksikan dan sebagai saksi bisu peristiwa yang terjadi di masa lalu, walaupun ketiga istana ini tidak berdiri di masa Kerajaan Tamiang. Tiga istana tersebut adalah Istana Benua Raja, Istana Karang, dan Istana Seruway. Semua Istana ini didirikan pada zaman Belanda dan telah banyak mengalami renovasi.
Menurut bapak irwansyah yang kerap dipanggil warga setempat Wan Jek beliau adalah cucu dari putra pertama raja sulong yang saat ini mengkelola istana benua raja, beliau menutur kan “ bahwasannya kakek nya yaitu raja sulung dulu dibunuh pada zaman belanda untuk diambil semua kekayaannya, saat terjadi konflik itu seluruh anggota keluarganya termasuk istri dan anak-anak raja sulong semua di ungsikan. Dan semua peninggalan raja habis di ambil orang,termasuk kursi kerajaan dan benda-benda lainnya, Saat ini makam raja sulung terletak di desa bukit tempurung kota kuala simpang jaraknya 5 kilo meter dari kompleks istana tersebut makam itu juga masih termasuk tanah keluarga.
Kerajaan Tamiang juga memiliki silsilah yang panjang dan runut. Setiap nama-nama yang tertera dalam silsilah, baik nama pribadi maupun gelar, sering kali memunculkan kisah-kisah. Kisah-kisah yang terkandung dalam silsilah Kerajaan Tamiang akan menunjukkan keluarga raja-raja dan nenek moyang etnik Melayu Tamiang. Kisah-kisah seperti itu merupakan sumber yang sangat baik dalam menyediakan informasi mengenai sejarah budaya. Oleh karena itu, kisah-kisah dari silsilah Kerajaan Tamiang juga dapat dijadikan sumber sejarah yang tidak dapat dipandang sebagai hiburan semata. Namun, kisah-kisah tersebut hanya tersimpan dalam ingatan dan hanya terdengar saat diceritakan dengan alasan tertentu. Hal ini karena tidak adanya sumber- sumber terdokumentasi yang lengkap seperti dokumen, naskah, dan lainnya disebabkan bencana alam yang menimpa wilayah Aceh tahun 2004 silam tutur bapak Irwansyah. Dalam banyak sebab tidak hanya bencana alam, sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih dikhawatirkan akan berdampak pada pergeseran nilai, budaya, dan tradisi dalam masyarakat. Hal ini perlu disadari mengingat tradisi-tradisi itu hanya tersimpan dalam ingatan para orang tua kita dahulu dan sebagian besar belum terdokumentasikan. Sumber-sumber sejarah tentang Masyarakat khususnya Melayu Tamiang masih sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelusuran dari sumber-sumber lain yang diharapkan dapat memperkaya khazanah Melayu Tamiang.
Silsilah Keluarga Raja
“Kami masih mengelola sendiri semampu kami peninggalan sejarah ini. Padahal ini kerajaan terbesar di Aceh Tamiang. Kita punya referensi surat-surat raja tempo dulu, dan itu menunjukkan memang di sinilah kerajaan Islam terbesar di Aceh Tamiang,” terangnya. Matahari kian terik, sesekali semilir angin mengembus rerumputan setinggi lutut orang dewasa di bagian halaman kerajaan. Dua tiang gawang sepak bola tergeletak di halaman istana. Di sana, istana teronggok diam. Menunggu perhatian kita, agar sejarah tak lagi menjadi barang langka dan hanya layak dibicarakan di seminar-seminar akademis. Karena diistana ini juga layak dijadikan tempat wisata untuk generasi kita yang akan datang, bagaimana pun mereka berhak tau sejarah yang telah terjadi disini, apalagi disinilah tempat kerajaan islam terbesar dibentuk. Tutur bapak irwansyah yang kerap dipanggil Wan Jek.