Menu

Mode Gelap
Kasatpol PP Gayo Lues Ditelpon Al Hudri Palsu Menjelang Puasa Camat Gelar Makan Bersama di Kolam Biru Pemkab Gayo Lues Ikuti Rapat Koordinasi Peluncuran Indikator Monitoring Center For Prevention IDI Gayo Lues Bantah Kemenkes Budi Gunadi Tentang Pengurusan Surat Izin Peraktek Dokter yang Mahal Pengulu Pining, Sampaikan Wacana Pembukaan Lahan Eks Kombatan GAM Kepada Masyarakat Kampung Pining

JAKARTA · 20 Jan 2023 21:54 WIB

Gugusan Pulau Breueh Aceh Besar Layak menjadi Penampungan sementara Pengungsi Rohingya


					Gugusan Pulau Breueh Aceh Besar Layak menjadi Penampungan sementara Pengungsi Rohingya Perbesar

 

Jakarta, Baranews  – Pengamat Kajian Asia Tenggara (SEA Studies) Muhammad Ichsan memberikan opsi Gelombang pengungsi Rohingya “Manusia Perahu” di Aceh untuk ditempatkan diwilayah gugusan pulau Breuh, Aceh Besar. ” Opsi terbaik saat ini bagi Pengungsi Rohingya adalah ditempatkan dipulau khusus, saya berharap Pemerintah Kabupaten Aceh Besar untuk memberikan izin terhadap Pulau-Pulau yang masih tergolong jarang penduduk seperti Gugusan Pulau Breuh, Pulau Nasi, Pulau Bunta, Pulau Teunom, Pulau Kareung,” jelas Ichsan kepada media Jumat 20 Januari 2023.

Alumni Magister Kajian Asia Tenggara Universitas Indonesia tersebut menambahkan Pengungsi Rohingya akan mudah didata ulang mana yang benar benar pengungsi nantinya ataupun indikasi terduga para korban perdagangan manusia oleh pihak berwenang UNHCR, IOM dan pihak Lembaga Internasional lainnya yang berwenang.

“Gugusan Pulau Breueh dan Nasi di Aceh Besar sampai saat ini sangat cocok untuk dijadikan Kamp Pengungsian Internasional atau menjadi Pulau yang dikelola Imigrasi Indonesia untuk keperluan khusus dan mendesak,” ungkapnya.

Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri, jumlah pengungsi Rohingya yang tercatat mendarat di Aceh mencapai 644 orang. Data tersebut merupakan data tanggal 15 November 2022 hingga 8 Januari 2023.

Motif pengungsi Rohingya datang ke berbagai negara tujuan tersebut bukan lagi semata karena persekusi, melainkan mencari pekerjaan untuk penghidupan dan ekonomi.

Perjalanan secondary movement meninggalkan Camp Cox’s Bazar di Bangladesh ini tentu merupakan perjalanan yang berbahaya karena melibatkan banyak pihak yang juga tidak bertanggung jawab. (*

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 0000 kali

Baca Lainnya

Megang Murum KNG Raya, Sambut Bulan Ramadan, Berlangsung Secara Hybrid

19 Maret 2023 - 22:17 WIB

Beredar Kabar Adi Maros Maju Wakil Bupati Aceh Timur Dampingi Nek Tu?

18 Maret 2023 - 02:40 WIB

Pertamina: Kebakaran ataukah di Bakar?

10 Maret 2023 - 04:29 WIB

Bersihkan Kemenkeu Dari Benalu Ekonomi.Oleh Andi Syafrani, Presiden DPP Lumbung Informasi Rakyat (LIRA)

8 Maret 2023 - 23:21 WIB

Jadi Koperasi Primer Nasional Pertama Orang Gayo, Koperasi Nahma Gayo Raya Teken Akta Notaris

7 Maret 2023 - 23:47 WIB

Sambut Bulan Suci Ramadan, Koperasi Nahma Gayo Raya Gelar Megang Murum

28 Februari 2023 - 00:05 WIB

Trending di JAKARTA