ACEH TENGGARA | Selasa, 11 November 2025
Di tengah derasnya kritik dan kekecewaan publik atas hasil Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-37 Provinsi Aceh di Pidie Jaya, secercah cahaya muncul dari dua wajah muda asal Aceh Tenggara.
Mereka adalah Thayalis dan Mona Fitri, dua kafilah muda yang berhasil mengangkat nama daerah di tengah sorotan tajam terhadap peringkat keseluruhan kafilah Aceh Tenggara.

Berdasarkan data resmi, Thayalis berhasil meraih Juara II Cabang Hafalan 100 Hadits dengan Sanad Putra dengan nilai 88 poin, hanya terpaut tiga angka dari juara pertama.
Sementara itu, Mona Fitri mencatat prestasi membanggakan di kategori putri dengan menempati posisi Harapan I pada cabang yang sama.
Prestasi ini menjadi bukti nyata bahwa Aceh Tenggara masih memiliki generasi Qur’ani berpotensi besar, meski secara keseluruhan hasil peringkat belum memuaskan.
“Kami Ingin Buktikan, Aceh Tenggara Masih Bisa Bangkit”
Usai lomba, salah satu kafilah muda dengan mata berkaca-kaca mengungkapkan isi hatinya:
“Kami juga ingin menang, Pak, untuk kebanggaan orang tua kami dan Aceh Tenggara. Tapi mungkin rezeki belum berpihak tahun ini. Kami akan terus berlatih dan kembali lebih kuat.”
Kalimat sederhana namun tulus itu menggambarkan semangat pantang menyerah dari para peserta muda.
Mereka bukan hanya datang membawa lantunan ayat suci, tapi juga membawa harapan besar untuk mengangkat martabat daerah.
Kritik Publik Menggema, Tapi Prestasi Tak Boleh Dihapus
Usai pengumuman hasil MTQ, ruang publik dan media sosial dipenuhi nada kekecewaan.
Banyak pihak menyoroti lemahnya pembinaan dan minimnya kesiapan kafilah Aceh Tenggara.
Namun di balik keriuhan itu, keberhasilan dua peserta muda ini tak boleh terabaikan.
Mereka adalah bukti nyata dari kerja keras dan pembinaan yang tetap berjalan — walau dengan segala keterbatasan fasilitas, pendanaan, dan dukungan.
Pihak pembina daerah disebut telah melakukan latihan rutin, meski masih perlu peningkatan baik dari sisi intensitas, kualitas, maupun strategi pembinaan ke depan.
Dukungan lintas sektor menjadi kebutuhan mendesak agar prestasi kecil ini bisa tumbuh menjadi kebanggaan besar di masa mendatang.
Dari Kegagalan, Muncul Cahaya Harapan
Kegagalan tahun ini bukan akhir dari segalanya — justru bisa menjadi titik awal kebangkitan.
Thayalis dan Mona Fitri telah membuktikan bahwa kerja keras, kesabaran, dan keikhlasan tidak pernah sia-sia.
Dengan pembinaan yang lebih terarah, fasilitas yang memadai, serta dukungan moral dari seluruh masyarakat, Aceh Tenggara diyakini dapat bangkit lebih kuat pada MTQ berikutnya.
Bangkit Bersama, Jadikan MTQ Sebagai Momentum Kebangkitan
Kini saatnya semua pihak berhenti saling menyalahkan dan mulai membangun semangat baru.
Kegagalan bukan aib, tetapi pelajaran berharga untuk memperbaiki langkah.
Aceh Tenggara masih memiliki harapan.
Masih ada generasi Qur’ani yang berjuang sepenuh hati di balik keterbatasan.
Dan selama semangat itu menyala, cahaya kebangkitan Qur’ani dari Tenggara Aceh tidak akan pernah padam. (SA).














































